Kamis, 17 November 2011

Love Mario Maurer

Real Name : Mario Maurer
Nickname : Oh
Birthday : December 4, 1988
Religion : Roman Catholic Christian Denominations
Occupation : Actor, Model
Notable role : The Love of Siam (Tong), First Love (Shone). Friendship
Education : Ramkhamhaeng University
Hobby : Skateboard
Penghargaan : Best Actor (The Love of Siam) in Starpics Thai Film Awards 2008
Best Male Stars (Friendship) in Top Awards 2008
Best Actor (First Love) in Top Awards 2010

Photos










Jumat, 11 November 2011

Kenangan anjingku

Sebenarnya tulisan ini aku persembahkan untuk anjing-anjing kesayanganku.Aku sayang kalian anjing-anjing hebat.... ;'(
Aku ingin menceritakan keempat anjingku yang sangat berarti bagiku....

Picky Gembul

Anjingku satu ini adalah anjing jantan.Suatu hari aku diberikan 2 ekor anjing oleh guruku.Padahal aku hanya diperbolehkan memelihara satu anjing oleh bapakku.Tapi karena sudah diberikan, yah akhirnya aku diperbolehkan memelihara 2 anjing.Satu jantan dan satu betina.
Anak anjing itu lucu banget....Yang jantan berbulu coklat kuberi nama Picky...dan yang betina berbulu hitam kuberi nama Micky...
Nah sekarang tentang Picky.
Picky itu adalah anjing yang gagah.Aku sayang sekali pada Picky.Aku merawatnya dan mengajaknya bermain.Picky tidak pernah nakal atau ribut.Picky selalu tenang kecuali pada saat musim kawin (ributnya minta ampun) -_-
Suatu hari aku mengajak Picky jalan-jalan bersama Micky, tetapi rantai Picky lepas.Aku tidak tau Picky pergi ke mana.Aku takut Picky hilang.Lalu aku pulang ke rumah dengan perasaan kecewa.
Aku menceritakannya pada ibuku.Kata ibuku,Picky nanti pasti akan pulang dengan sendirinya.Dan aku harap pun begitu.
Sore harinya pun picky pulang dengan badan penuh lumpur....aku lalu membawa picky dan membersihkannya lalu membawanya ke kandang.

Hari sebelum Picky mati
Picky mengeluarkan air seni darah secara terus menerus.Batuknya pun berdarah.Aku tidak tau harus berbuat apa.Di tempatku tidak ada dokter hewan.Aku hanya menangis dan pasrah melihat anjingku berjuang melawan maut sendirian.Aku merasa sedih dan merasa marah pada diriku sendiri.Aku tidak tau harus berbuat apa.Aku hanya bisa berdoa dan berdoa.Picky mencoba kuat saat aku mengelusnya dan aku bilang : '' Aku sayang Picky.Selamanya aku sayang Picky.Picky harus kuat ya.''
Aku berkata sambil tak henti-hentinya meneteskan air mata.
Malam harinya aku mendengar Picky batuk-batuk.Aku seharian itu hanya berdoa dan berharap Tuhan jangan mengambil Picky.
Tetapi Tuhan berkehendak lain.Esok harinya aku melihat Picky sudah tergeletak kaku.Rasanya aku ingin pingsan melihatnya.Picky anjing yang aku sayangi sudah tiada.Aku hanya menangis.Tapi aku sudah pasrah.Mungkin tempat yang terbaik baginya bukan di sini.Dan aku hanya ingin Picky bahagia walau tanpa aku. Picky di mana pun kamu berada, aku tetap sayang Picky :)


Micky Chicik

Micky adalah anjing betina.Micky adalah istri Picky atau ibu anjing di rumahku.Micky sewaktu kecil aku lepas di halaman belakang.Tiga hari aku tidak melihat Micky.Yang ada hanya Picky.Aku mencari-cari tapi aku tidak menemukannya di mana pun.Aku hanya mendengar suaranya yang mengaing-ngaing.Setelah 3 hari ibuku menemukan sumber suara itu.Ternyata Micky ada di bawah tumpukan kayu dan tidak bisa keluar.
Setelah dibantu oleh bapakku akhirnya ia bisa keluar.
Semenjak saat itu, Micky selalu tinggal di bawah tumpukan kayu itu.Micky pertama kalinya melahirkan 6ekor anak anjing yang lucu-lucu.Micky tidak pernah marah saat aku mengambil anaknya untuk kuajak bermain.Ia mengambilnya lagi dengan membawanya dengan cara menggigit lehernya dan mengembalikannya ke tempatnya semula.Micky itu ibu anjing yang paling keibuan.Micky anjing yang anggun.Cara berebahnya juga anggun dengan menyilangkan kedua tangannya.Micky tidak ribut,kecuali ketika ingin buang kotoran.
Aku suka melihat Micky.

Hari sebelum kematian Micky

Micky terlihat tidak seperti biasanya.Kotoran dimatanya banyak sekali.Padahal sudah kubersihkan berkali-kali.Micky juga sudah tua.Aku kasihan melihatnya hanya seorang diri di kandang.Bulunya pun sudah banyak yang rontok.Aku sangat sedih melihatnya.Dan aku hanya bisa mengelusnya dan berharap apapun yang terjadi itu semua akan membuat Micky bahagia.
Keesokan haringa aku melihat micky sudah kaku tetapi dalam posisi yang tidak wajar.Ia seperti bersembunyi dan mulutnya menganga seperti kesakitan.Menurut penafsiranku sih mungkin ia sedang melihat malaikat maut dan takut serta kesakitan saat nyawanya di ambil....Aku hanya menangis melihatnya.
Micky mati di usia 5 tahun.

Itu ceritaku tentang dua dari 4 anjingku.Aku akan melanjutkannya di posting selanjutnya. ^0^

Kamis, 10 November 2011

Lanjutan Babilonia

III. Negeri Babel

a. Sejarah

Sebelum ± 1595 sM sejarah negeri Babel mengalami pasang-surut. Pada tahun itu Mursili I, orang Het, menyerbu Babel, dan orang Kasit clari bukit-bukit sebelah timur lambat-laun menjajah negeri itu dan kemudian memerintah dari ibukota yang baru (Dur-Kurigalzu) yang telah dibangun oleh Kurigalzu I (± 1450 sM). Pada abad-abad berikutnya Babel lemah meskipun merdeka, kecuali pada waktu-waktu singkat saat diperintah langsung dari Asyur (misalnya Tukulti Ninurta I, 1244-1208 sM). Orang-orang Aram sering menyerang Babel, dan mungkin sekali serangan-serangan itu memberi peluang bagi orang Israel menduduki Palestina selatan dengan bebas, dan kemudian meluaskan perbatasan-perbalasan mereka di bawah raja Salomo. Perlawanan dari orang-orang padang pasir tidak berarti. Sewaktu-waktu muncul pahlawan nasional yang dapat menguasai pemerintahan dan perdagangan. seperti Nebukadnezar I (1124-1103 sM) mcngalahkan Elam, tapi segera Tiglat-Pileser I mengembalikan pemerintahan Asyur kembali.


b. Penjajahan Asyur (745-626 sM)

Sekitar zaman Nabu-nasir (Nabonassar), yang pemerintahannya (747-735 sM) merupakan awal zaman baru, mulailah perjuangan yang panjang untuk merebut kemerdekaan dari Asyur. Tiglat-Pileser III dari Asyurmengangkat clirinya sendiri menjadi 'Raja Sumer dan Akad, membungkamkan Bel (= Marduk) dan dengan demikian menuntut takhta Babel pada tahun 745 sM dan memakai nama Pul(u) (1 Tawarikh 5:26). Lima belas tahun kemudian ia harus mengerahkan tentara Asyur menumpas pemberontakan Ukinzer dari Bit-Amukkani. Ia mengalahkannya di Sapia dan memindahkan banyak tawanan.

Seorang sheik yang menyaingi dia, Marduk-Apla-Iddina II, dari Bit-Yakin di daerah selatan, memberi upeti kepada Tiglat-PiJeser pada waktu ini (Iraq, 17, 1953, halaman 44-50). Tapi urusan pengepungan Samaria oleh Salmaneser V dan Sargon II pada tahun 726-722 memberikan kemungkinan kepada Marduk-Apla-Iddina (Merodakh-Baladan) untuk melancarkan tipu-dayanya. Selama 10 tahun (721-210 sM) ia menduduki takhta di Babel sampai tentara Asyur menyerang Der, mengalahkan Humbanigas dari Elam, dan menduduki Babel. Tentara Asyur bergerak ke selatan, tapi Merodakh-Baladan tetap memegang pemerintahan setempat. Pujian bagi kcbijaksanaan Sargon yang berhasil membinanya menjadi hamba yang taat selama sisa pemerintahannya.

Pada waktu Sargon meninggal, 705 sM, Merodakh-Bala¬dan bersekongkol lagi dengan tuan-tuannya, dan mungkin dialah, bukan Hizkia, yang mengusulkan per1unya persekutuan menentang Asyur (2 Raja 20: 12-19; Yesaya 39). Penentangan Yesaya mempunyat dasar yang kuat, sebab orang Babel sendiri menempatkan orang mereka, Marduk-Zakir-Sum, di atas takhta, 703 sM. Hal ini memberi peluang bagi Merodakh Baladan dan ia mengangkat dirinya sendiri menjadi raja Babel. meskipun ia tinggal di kota yang lebih tenang, Borsipa. Sanherih memerangi dan mengalahkan dia dan para pendukungnya dari Elam dalam perang di Kutha dan Kis, lalu memasuki Babel dan menempatkan orang yang pro-Asyur, Bel-ibni, di atas takhta. Bit-Yakin dirusak, tapi Metodakh-Baladan telah melarikan diri ke Elam, di sana ia meninggal sebelum Sanherib dapat mengumpulkan kekuatan di laut untuk menghukum dia, tahun 694 sM.

Untuk sementara waktu putra Sanherib, Esarhadon, bertanggungjawab atas Babel sebagai raja muda. Ia naik takhta pada tahun 681 dan berusaha memperbaiki kuil-kuil kota dan mengembalikan keagungannya, Mungkin karena itulah buat sementara ia memindahkan Manasye ke sana (2 Tawarikh 33:11).

Sejak bangsa Elam terus-menerus membujuk suku-suku Babel, Esarhadon memimpin suatu pasukan ke 'tanah-tanah samudra' pada tahun 67R sM, dan mengangkat Na'id-Marduk sebagai kepala, Pada bulan Mei 672 Esarhadon memerintahkan segala bawahannya bersumpah untuk membantu putranya, Ayurbanipal, sebagai calon raja dari Asyur, dan putranya Samas-sum-ukin sebagai calon raja dari Babel (Iraq, 20, 1958), Waktu ia meninggal tahun 669 rencananya ini terlaksana dan berjalan baik di bawah pengaruh ibu suri.

Tapi ± pada tahun 652 sM saudara kembar Esarhadon di Babel terang-terangan memberontak menentang pemerintah pusat dan kematiannya mengikuti keruntuhan Babel tahun 648, Asyurbanipal juga menyerang di Elam dan mengalahkan Susan. Para tawanan dari Susan dan para pemberontak Babel dipindahkan ke Samaria (Ezra 4:2). Kandalanu dijadikan raja rnuda atas Babel (648-627 sM), dan Asyurbanipal mengawasi pusat agarna di Nipur. Utusan di wilayah selatan ini mengalihkan perhatian Asyur dari barat, sehingga kota-kota di Palestina dapat mengadakan gerakan menuju kemerdekaan. Akhir pemerintahan Asyurbanipal tidak terperinci, tapi jelas terjadi segera sesudah kematian Kandalanu. Dalam pemerintahan sesudah dia, suku-suku setcmpat berkumpul untuk membantu Nabopolasar dari Kasdim melawan Sin-sar-iskun dari Asyur.


c. Zaman Neo-Babel (Kasdim) (626-539 sM)

Nabopolasar, gubernur 'tanah-tanah samudra' (Teluk Persia), seorang Kasdim, menduduki takhta Babel 22 Nov 626, dan serentak mengadakan damai dengan Elam. Pada tahun berikutnya ia mengalahkan bangsa Asyur di Salat, dan ± 623 wilayah Der telah membebaskan diri. Kitab Sejarah Babel sumber yang utama dan terpercaya tentang zaman ini, tidak mengatakan apa-apa tentang tahun 623-616 sM. Pad a waktu itu Nabopolasar mengusir orang Asyur dari sepanjang S Efrat dan Tigris. Pada tahun 614 orang Media bersekutu dengan orang Babel dan menyerang Asyur. Dan sekutu-sekutu yang itu juga, mungkin dengan bantuan bangsa Skit, menduduki Niniwe tahun 612 sM, sedang orang Babel mengejar orang-orang yang melarikan diri ke arah barat. Serangan-serangan Babel di Siria diikuti oleh scrangan terhadap Haran, 609 sM, dan penggerebekan terhadap suku-suku di bukit-bukit di utara tahun 609-606 sM.

Nabopolasar yang sudah lanjut usia mempercayakan tentaranya kepada calon raja, putranya, Nebukadnezar, yang berperang dengan orang Mesir di Kumuhi dan Quramati (Sungai Efrat, udik), Pada bulan Mei-Juni 605 sM Ncbukadnezar di luar dugaan menyerang Karkemis, menaklukkannya dan menghabiskan tentara Mesir di Hamat. Demikianlah orang Babel mcngalahkan seluruh Siria sampai perbatasan Mesir. tapi kelihatannya tidak memasuki kota bukit Yehuda sendiri (2 Raja 24:7; Josephus, Antiquities 10:6; bandingkan Daniel 1:1). Yehoyakim. pengikur Nekho II. menyerah kepada Nebukadnezar, yang membawa tawanan. termasuk Daniel ke Babel. Waktu Nebukadnezar di Palestina ia mendengar kematian ayahnya (15 Agustus 605 sM) dan langsung menerobos padang pasir untuk 'memegang tangan Bel' dan dengan demikian resmi menuntut takhta (6 September 605 sM).

Pada tahun 604 sM Nebukadnezar menerima upeti dari 'segala raja dari tanah Hati' (Siro-Palestina), dan di antaranya mungkin sekali Yehoyakim. Tapi Askelon menolak dan ditaklukkan, suatu kejadian yg berpengaruh besar kepada Yehuda (Yeremia 47:5-7). Sepucuk surat untuk meminta bantuan Firaun melawan serangan perluasan Babel, ditulis dari waktu ini (lihat Document of Old Testament of Old Testament Times, hlm 251-255). Pada tahun 601 orang Babel berperang dengan orang Mesir. Kedua pihak menderita kerugian besar; orang Babel tinggal di negerinya dan mempersenjatai lagi tentaranya selama tahun berikutnya. Mungkin akibat dari kejadian ini ialah bahwa Yehoyakim bertentangan dengan firman Yeremia (Yeremia 27:9-11), ganti sekutu dengan Nekho II setelah menyerah kepada Babel selama 3 tahun (2 Raja 24:1).

Untuk mempersiapkan peperangan-peperangan lain tentara Babel menyerbu suku-suku Arab (tahun 599/8, Yeremia 49:28-33). Pada bulan Kislev, tahun Nebukadnezar yang ke-7 (Desember 598), Nebukadnezar mengerahkan tentaranya satu kali lagi dan menurut Kitab Sejarah Babel, 'ia mengepung Yehuda dan menaklukkannya pada hari kedua bulan Adar. Ia menangkap rajanya, mengangkat pemerintah menurut pilihannya sendiri, mengambil banyak jarahan dari kota itu, dan menyuruh tentaranya kembali ke Babel' (BM 21946). Keruntuhan Yerusalem pada Mrt 597 tgl 16, penangkapan Yoyakhin, pengangkatan Matanyal-Zedekia dan permulaan pembuangan Yehuda, semuanya terjadi seperti diceritakan dalam Alkitab (2 Raja 24: 10-17; 2 Tawarikh 36:8-10).

Tahun berikutnya Nebukadnezar menyerang Elam (bandingkan Yer 49:34-38). Laporan Kitab Sejarah Babel tidak mencatat mulai dari 595 sM, tapi perang-perang Babel dengan Yehuda waktu Zedekia memberontak telah diceritakan oleh Yeremia (52:4 dab; 2 Raja 25:7). Yerusalem rusak pada tahun 587 sM dan pembuangan selanjutnya terjadi thn 581 (2 Raja 25:8-21), Yehuda menjadi propinsi taklukan di bawah Gedalya (ayat 22-26). Suatu tulisan Babel menyinggung serbuan Mesir tahun 568/7 sM (Yeremia 46).

Yoyakhin di pembuangan, yang disebut dalam daftar catu Babel (595-570 sM) diperlakukan baik oleh pengganti Nebukadnezar, Arnel-Marduk (562-560 sM, EWIL-MERODAKH, 2 Raja 25:27). Raja ini dibunuh oleh menantu Nebukadnezar, Neriglissar (560-556 sM) yang berperang di Kikilia dalam usahanya untuk menentang kekuasaan yang meningkat dan Lidia. Putranya, Labasi-Marduk, hanya memerintah 8 bulan sebelum Nabonidus mengambil takhtanya dan terus bergerak ke Kikilia, di sini, menurut Herodotus, ia menjadi penengah antara orang Lidia dan orang Media. Orang Media sekarang mengancam Babel. Dari sini Nabonidus telah diusir karena bangsanya tidak mau menerima usaha-usaha pembaruannya. Ia berperang di Siria dan Arabia utara. Di sini ia tinggal di Tema selama 10 tahun, sedang putranya, Bel-syazar, memegang pemerintahan juga di Babel. ± tahun 544 rakyatnya dan raja-raja Arab, Mesir dan Media diatur dengan baik dan Nabonidus kembali ke ibukotanya (AS 8, 1958), tapi pada waktu ini negara itu lemah dan terpecah.


d. Wangsa Akemenus (539-332 sM)

Koresy yang telah menaklukkan Media, Persia dan Elam, memasuki Babel pada 16 Oktober 539 sM, setelah Babel diduduki olehjenderalnya, Gobrias. Aliran S Efrat dibelokkan di Opis agar penyerbu dapat menerobos pertahanan melalui dasar sungai yg kering itu. Belsyazar dan kemudian Nabonidus dibunuh (Daniel 5:30). Tentang identitas 'Darius si orang Media' (Daniel 5:31). Pemerintahan Koresy di Babel (539-530 sM) adil dan menguntungkan bagi orang Yahudi; pemulangan dari pembuangan adalah anjurannya (Ezra 1:1; bandingkan Yesaya 44:24-28; 45:13; Mikha 5). Untuk masa yang singkat putranya, Kambises, bertindak sebagai pemerintah di sisinya sampai ia meninggal dalam perang di bukit-bukit timurlaut. Kambises menyerbu Mesir, tapi kematiannya (522 sM) menimbulkan pemberontakan dan orang-orang menuntut merampas takhta (American Journal of Semitic Languages and Litaratures 58, 1941. hlm 341 dst), sampai pada Des 522 Darius I mengembalikan tata tertib. Pada masa pemerintahannya (522-4R6 sM) ia memberi izin kepada orang Yahudi untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem di bawah pimpinan Zerubabel (Ezra 4:5; Hagai 1:1).

Sesudah itu Babel diperintah oleh raja-raja dari Persia; Xerxes (486-470 sM, *AHASYWEROS), Artaxerxes I (464-423 sM) dan Darius II (423-408 sM), mungkin dia adalah 'Darius si orang Persia' seperti sebutannya dalam Neh 12:22 untuk membedakan dia dari 'Darius si orang Media'.

Setelah Babel dikalahkan. Aleksander III (Agung) merencanakan membangunnya kembali. Ia memerintah kota ini (331-323 sM) dan dilanjutkan oleh garis Yunani, yaitu Filipus-Arrhidaeus (323-316 sM) dan Aleksander IV (316-312 sM). Kemudian daerah itu jatuh lagi, sekarang di tangan orang Seleukus (312-64 sM), lalu ke tangan orang Partia (Arsakid) dan orang Sasania sampai dikalahkan oleh orang Arab pada 641 M.

Setelah zaman Neo-Babel dan selanjutnya, ada beberapa kolonisasi Yahudi di Babel, dan sesudah Yerusalem runtuh pada tahun 70 M kolonisasi-kolonisasi ini mempunyai pengaruh di diaspora.

IV. Agama

Mulai tahun 3000 sM telah terkumpulkan nama dewa-dewa dengan gelarnya, nama-nama tambahan, dan kuil-kuil. Meskipun dalam daftar terakhir dari Niniwe bertarikh abad 7 sM mencatat lebih dari 2.500 jumlahnya, kebanyakannya dapat ditentukan sebagai dewa-dewa dari Sumeria kuno yg diambil oleh orang Semit setelah dinasti pertama dari Babel (kr 1800 sM), sehingga jumlah yg benar dari dewa-dewa yg di-sembah pada tiap zaman tidaklah demikian besarnya.


a. Dewa-dewi

Dewa-dewa yg terutama adalah Anu (bahasa Sumer An), yaitu dewa langit, dengan kuil pertamanya E.anna di Uruk. Ia adalah 'El dari bangsa Semit, dan istrinya Innana, atau Innin yg kemudian dikacaukan dengan Isytar. Sinkritistis yg sama ditemukan Juga tentang Enlil. dewa udara, sifat-sifatnya kemudian diberikan kepada Bel (Baal) dan Marduk ('ME-RODAKH). Istrinya yg namanya Ninlil atau Ninhursag kemudian disamakan dengan Isytar juga. Dewa yg ke-3 dari ketiga yg tertinggi adalah Ea (bahasa Sumer Enki) 'tuan dari air yg dalam', dewa kebijaksanaan dan oleh karena itu berkenan pada manusia: ia memberinya cara belajar akan maksud dewa-dewa melalui, dewani dan ia menjadi pengantara manusia. Kuilnya, E.abzu, ada di Eridu dan istrinya bernama Dam-gal, Nin-mah atau Damkina, istri agung dari bumi dan langit.

Di antara dewa-dewa lain yg paling penting adalah Isytar. dewa bangsa Semit, mula-mula mungkin dewa jantan (bnd bahasa Arab 'Athtar). Tapi kemudian. karena diberikan kepada-nya kekuasaan Innana juga dengan cara sinkritis. Isytar menjadi dewi yg utama dari cinta dan pahlawan perang dan dianggap putri dari Sin. Sin, dewa bulan dari Babel (bahaas Sumer su'en) disembah bersama istrinya, Ningal, dalam kuil-kuil di Ur dan Haran. Dikatakan, bahwa ia adalah putra Anu atau dari Enlil. Shamasy, yg istrinya Aya juga dianggap bentuk dari Isytar, adalah matahari dalam kekuatannya (bahasa Sumer utu). putra Sin, dewa kekuatan, keadilan dan perang. Kuil-kuilnya yang utama (E. Babbar, 'Rumah Matahari') ada di Sippar dan Larsa, meskipun. seperti dewa-dewa utama yg lain. penyembahan kepada dia juga dilakukan di kuil-kuil kecil di tempat lain.

Adad, yg berasal dari Semit Barat, adalah dewa badai, Addu atau Hadad dari Kanaan. Nergal dan istrinya, Ereski-gal, memerintah dunia bawah, dan dengan demikian ia adalah tuan dari wabah (Irra), demam dan penyakit lain. Dengan berkembangnya bangsa Amori maka penyembahan kepada Marduk (bahasa Sumer amar'ut, 'sapi muda dari matahari'), putra sulung dari Enki, menjadi sangat penting di Babilonia. 'Sajak Penciptaan' (enuma elis, bandingkan artikel alkitab-dan-enuma-elish-vt2409.html#p13110 ) adalah sajak tentang penciptaan semesta alam dan tentang tata tertib yg dikembalikan oleh Marduk yang diberi lima puluh gelar. Nabu, dewa dari ilmu pengetahuan dan sastra, mempunyai kuilnya (E-zida) di banyak kota(NEBO, NINIWE,KALAH). Banyak dewa adalah penting di tempat-tempat tertentu. Demikianlah Asyur (an.sar: menjadi dewa nasional dari Asyur. Amurru (martu, 'arah Barat') yg disamakan dengan Anu, Sin dan Adad, adalah dewa dari Semit Barat seperti Dagon. Dummuzi adalah dewa dari pertumbuhan. Kematiannya, tapi bukan kebangkitannya, merupakan bahan dari mitos Isytar. Ninurta adalah dewa dari Babel dan Asyur mengenai perang dan perburuan.

Dunia udik dipenuhi dengan dewa-dewa Igigu dan yg lebih rendah diisi dengan Annunaku. Seluruh daerah rohani dan bendawi diatur dengan hukum-hukum dari dewa (me). lebih dari seratus diketahui. Mulai dari 'kedewaan' kepada 'kemenangan' dan 'alat musik', jadi sifat-sifat dan kom-pleksitas kebudayaan. Dewa-dewa adalah abadi tapi kekuasaannya terbatas. Mitos-mitos yg hanya dewa-dewa utama mengisinya, menunjukkan ciri antropomorfis dan pikiran bahwa semua benda (misalnya sebutir batu) didiami 'hidup'. Roh-roh dan setan banyak sekali. Bangsa Sumer berusaha dengan pelbagai pandangan teologis untuk memecahkan soal-soal yg ada dalam sistem politeis mereka. Demikianlah mitos-mitos itu teristimewa mengenai pertanyaan tentang asal alam semesta, dasar dan pemerintahan dunia, penciptaan manusia dan usaha untuk mendapat keabadian, seperti dalam sajak tentang air bah, dan hubungan manusia dengan dunia roh-roh.


b. Keimaman

Ada banyak pelayan kuil dengan tingkatannya, dan raja atau pemegang pemerintahan adalah pimpinan tertinggi pada perayaan-perayaan tertentu. Pada zaman Sumer kuno segala pekerjaan terpusat di kuil, dan di sana orang yg tertinggi derajatnya (mu) adalah 'tuan tanah'. Dalam upacara penyembahan Sin, imam agungnya tentu; biasanya putra raja. Kepala imamnya imahhu) mempunyai banyak imam tsongu), pria-pria berbadan sehat dan biasanya sudah kawin, yg membantu dia. Pemimpin upacara iurigallu, dibantu oleh banyak pejabat lebih rendah yg dapat masuk di kuil (ereb biti). Dalam upacara kidung-kidung, yg berperan banyak adalah para pemazmur. para penyanyi ratapan dan para pemain musik.

Kalau manusia menghampiri dewa. banyak tenaga khusus turut berperan. Seorang pembuang setan (asipu) dapat megeluarkan roh jahat atau melisankan mantera dengan kidung-kidung atau cara-cara tertulis dalam ayat-ayat (surpu; maglu) atau dengan lambang-lambang (kuppuru). penyucian oleh imam-imam (masmasu) atau oleh mereka yg membersihkan dengan air (ramku). Banyak naskah menuliskan perbuatan yg harus dilakukan untuk menentang roh-roh jahat (utukhi limnuti), setan nasib (namtaru), setan yg mengganggu wanita ilamastui, atau tabu-tabu. Banyak buku tentang kesehatan dari zaman kuno ini erat hubungannya tengan agama. seperti juga astronomi atau astrologi dari [url=http://www.sarapanpagi.org/kasdim-orang-kasdim-vt3901.html#p21529bangsa Kasdim[/url] yg kemudian. Yg disebut terakhir ini berdasarkan penyamaan dewa-dewa dengan planet atau bintang (misalnya Nabu = Merkurius). atau dengan bagian-hagian langit ('Jalan Anu' = bintang-bintang tetap').

Orang-orang lain bekerja untuk menentukan kehendak dewa-dewa melalui tanda-tanda yg timbul dari hati (imam baru atau ahli nujum), atau melalui penyelidikan dari ramalan (sa'ilu) atau melalui doa-doa. Banyak perempuan, terrmasuk pelacur-pelacur kuil. bekerja di kuil-kuil (HA Hoffner, Orient and Occident. 1973, hlm 213-222). Dan kuil-kuil setempat yg dikunjungi musafir untuk berdoa, telah didapatkan di Ur (Iraq 22, 1960).

Kebaktian-kebaktian yg biasa (dullu) termasuk memberikan sesuatu kepada dewa-dewa untuk dimakan atau diminum. Patung-patung dihiasi dan diberi pakaian dan benda-benda pemenuhan nazar diletakkan di dekatnya. Korban-korban yg diletakkan di atas mezbah kemudian diberikan sebagian atau seluruhnya. kepada para imam, Dewa-dewa
mempunyai kursinya sendiri. kereta dan perahu untuk dipakai dalam iring-iringan.


c. Pesta-pesta

Kebanyakan kota dan kuil mempunyai pesta-pesta dan hari-hari suci khusus. Di Babel, Erekh, Ur, seperti di Asyur, Niniwe dan Kalah, pesta Tahun Baru takitu, adalah yg paling besar: pesta ini dirayakan di musim rontok, tapi boleh juga pada waktu lain, dengan macam-macam upacara di pusat-pusat dan zaman-zaman yg berbeda-beda. Di Babel pesta menghabiskan waktu dua minggu: upacaranya meliputi pawai dewa-dewa ke kuil Marduk, lalu menurunkan dan menaikkan kembali raja, yg kemudian 'memegang tangan untuk mengantar dia dalam pawai ke rumah akitu di luar kota; di situ dilakonkan Sidang Dewa-dewa. Pembicaraan tentang Penciptaan dan pergumulannya (mungkin Pertempuran ini dilakonkanjuga) dan penentuan nasib untuk tahun depan. Hal-hal ini kadang-kadang diakhiri dengan 'pernikahan suci' (raja dan imam perempuan, mewakili dewa) lalu hari-hari kesukariaan umum, Pada upacara ini Dongeng Cipta diucapkan. suatu hal yg terjadi pada waktu lain juga.

Pesta-pesta kerajaan meliputi upacara memahkotai raja (masih ada naskah dari Ur-Nammu, Nabopolasar dll. tentang ini), pesta pribadi meliputi kelahiran, pernikahan dan pelantikan gadis menjadi imam perempuan.


d. Sastra

Pada zaman tablet-tabletAbu Salabik
sudah didapati di Anatolia, Siria, Palestina, Mesir dan juga Yunani. Tulisan asli atau salinannya ditempatkan di perpustakaan kerajaan Asyur, ialah di Asyur, Niniwe dan Kalah .

Dalam sastra ini termasuk lk 50 cerita panjang tentang tokoh-tokoh lama serta dongeng-dongeng dalam bh Akad (ada yg disalin dari bh Sumer, dan intinya mengenai pencip¬taan, air bah, peh) kr 2800-2500 sM), sastra Babel sudah berkembang. Ada bukti bahwa penulis-penulis Semitis menulis kembali tulisan Sumer yang lebih tua dengan memakai tekhnik sastra (misalnya judul-judul) yang diajarkan di sekolah. Selama zamannya (/d 100 M) sastra ini sangat berpengatuh di seluruh Timur Tengah, salinannya sudah didapati di Anatolia, Siria, Palestina, Mesir dan juga Yunani. Tulisan asli atau salinannya ditempatkan di perpustakaan kerajaan Asyur, ialah di Asyur, Niniwe dan Kalah.

Dalam sastra ini termasuk lk 50 cerita panjang tentang tokoh-tokoh lama serta dongeng-dongeng dalam bh Akad (ada yg disalin dari bahasa Sumer, dan intinya mengenai penciptaan, air bah, pembangunan masyarakat beradab), 'Sastra Hikmat' meliputi karangan mengenai 'manusia dan dewa', mengenai orang yg disebut 'Ayub dari Babel' tludiul bet nemeqii, keterangan dunia, pembicaraan, dialog, ajaran praktis, amsal, perumpamaan, cerita-cerita, esai-esai mini, nyanyian cinta, Semuanya ini termasuk kurikulum sekolah, disamping ilmu ukir menulis seperti daftar-daftar, tanda¬tanda, kamus, buku tata bahasa, daftar rangkaian kata dan suku kata, serta banyak daftar lain, misalnya daftar nama-nama tempat dan nama-nama pribadi.

'Sastra agama' meliputi mazmur, nyanyian rohani dan doa kepada dewa dan juga kepada beberapa raja, upacara. mantera, lalu daftar-daftar tulisan yg masih belum dida¬patkan kembali. 'Sastra ilmiah' meliputi ilmu kedokteran (prognosa, diagnosa, resep, buku sekolah ttg obat, bedah dan hewan), ilmu kimia (sebagian besar keterangan cara mem-buat minyak wangi dan kaca). geologi (daftar batu-baru, warna dan kerasnya), ilmu nuduh, botani (daftar tumbuh-tumbuhan dan obat bius), zoologi (daftar margasatwa), Ada naskah tentang matematika dengan daftar angka-angka, erat berhubungan dengan astronomi, mis daftar bulan-bulan yg harus ditambahkan pada kalender untuk menyesuaikannya dengan gerakan matahari dan bulan.

Di Babel riwayat sejarah sudah berkembang, kutipan dari riwayat itu terdapat dalam sastra lain, seperti syair, ramalan¬wangsa dan kalender bintang. Kumpulan hukum-hukum (belum dapat disebut Kode) yg berasal dari misalnya raja Esynunna, Hammurabi, dapat dibandingkan dengan lebih dari seperempatjuta naskah lain surat-surat, dokumen legal, administratif, ekonomi dari zaman 3000-300 sM. Sesudah abad 4 sM perkembangan meliputi peta bintang dan rasi serta tulisan pada tablet liat dengan huruf Yunani, dan pada bahan-bahan tulisan yg lain.

Babilonia

BABILONIA
I. Menara Babel
'Babel' adalah nama dari salah satu kota penting yang didirikan oleh Nimrod di tanah Sinar (Sumer), Babilonia kuno. Babel disebut bersama Erekh dari Akad (Kejadian 10.10). Menurut tradisi Babilonia kota itu didirikan oleh dewa Marduk, dan dihancurkan oleh Sargon ± 2350 sM sewaktu ia mengambil tanah dari situ untuk mendirikan ibukotanya yang baru, Agade.

Sejarah pembangunan kota itu dengan menaranya yang tinggi, diceritakan dalam Kejadian 11:1-11. Di sana nama Babel (Ibrani בָּבֶל - BABEL) diterangkan secara etimologi populer, berdasarkan atas akar kata yang mirip bahasa Ibrani בָּלַל - BALAL, sebagai 'kekacauan' atau 'pencampuran'. Dengan demikian Babel menjadi sinonirn dengan kekacauan yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan bahasa yang merupakan bagian hukuman Tuhan atas kecongkakan manusia yang nyata pada pembangunan itu.

Sampai sekarang belum ada bukti arkeologi yang membenarkan adanya kota di Babel sebelum dinasti pertama (± 1800 sM). Tapi tradisi Babilonia dan suatu naskah dari Sharkalisharri, menceritakan bahwa raja dari Agade kr 2250 sM membangun kembali menara kuil (ziggurat) di Babel. Informasi itu menyarankan bahwa sebelumnya telah ada kota suci di tempat tsb. Tindakan Sargon mungkin menguatkan ini. Penggunaan tanah liat yang dibakar untuk bata dan penggunaan aspal sebagai lepa (Kejadian 11:3) telah diceritakan sejak waktu sebelumnya. Mungkin aspal itu diapungkan di Sungai Efrat dari Het.
'Menara Babel', istilah yang tidak terdapat dalam PL, biasa-nya menunjuk kepada menara (migdol) yang dibangun menjadi tanda tertinggi yang berhubungan dengan kota itu dan pemuja-pemujanya. Pada umumnya dianggap, bahwa sama seperti kota itu, menara tersebut juga belum selesai dibangun (ayat 8), dan bahwa itulah menara kuil bertingkat atau ziggurat dengan banyak tingkatan. Bentuk ini dikembangkan di Babel pada ± 3000 sM mulai dari temenos atau panggung yg menyangga suatu kuil yg dekat dengan kuil-kuil kota (seperti di Erekh dan 'Ukair). Setelah singgungan naskah Sharkalisharri ziggurat di Babel, yang dikemukakan kemudian adalah yang berhubungan dengan pemugarannya oleh Esarhadon thn 681-665 sM. Hal ini disebut Etemenanki dalam bahasa Sumer (pembangunan dasar panggung langit dan bumi) dan dihubungkan dengan kuil Marduk Esagila, 'bangunan yang puncaknya adalah langit'.

Sangat mungkin bahwa bangunan yang dianggap keramat itu meniru suatu bangunan yg lebih tua. Menara ini mengalami kerusakan besar dalam perang tahun 652-648 sM, tapi diperbaiki lagi oleh Nebukadnezar II (605-562 sM). Bangunan inilah yang sebagian ditemukan oleh Koldewey pada tahun 1899. Herodotus, sewaktu perkunjungannya ± 460 sM, menceritakan tentang bangunan ini, yang juga dibicarakannya dalam suatu papan (tablet) dengan tulisan Mesir kuno dari tahun 229 sM (Louvre, AO 6555). Dengan demikian dimungkinkanlah membuat gambar menara berikutnya.

Lantai dasar menara itu berukuran 90 X 90 m dan tingginya 30 m. Di atas lantai dasar itu dibangun lima lantai, tiap lantai tingginya 6-18 m. Makin ke atas makin kecil ukuran lantai-lantai itu. Sebagai mahkota dari bangunan itu, pada tingkat yang paling atas adalah bangunan kuil. yang dalam anggapan zaman itu menjadi tempat kehadiran sang dewa bila berurusan dengan manusia. Sarana penghubung adalah tangga atau jalan landai. Bagan paling akhir dari suatu ziggurat bertingkat tujuh menunjukkan bahwa tingginya adalah sama dengan lebar dasarnya, dengan suatu kuil berbentuk kubus terletak di puncaknya. Ziggurat-ziggurat yang serupa terdapat di Asyur, Ur, Calah, Erekh dan di Niniwe.

Ziggurat Babel dirusak oleh Xerxes pada thn 472 sM.
Aleksander membersihkan puing-puingnya dengan maksud membangunnya kembali, tapi urung karena ia meninggal. Patok-patok batasnya kemudian dibuang oleh penduduk setempat, dan kini tempat dari apa yang disebut Etemenanki itu adalah suatu lubang (Es-Sahn) yang dalamnya sarna dengan tinggi bangunan asli.

Para pelancong pada segala abad selalu berusaha menemukan tempat menara Babel yang telah menjadi puing itu. Ada yang menyamakannya dengan Es-Sahn tadi, yang lain menyamakannya dengan sisa-sisa yang telah menjadi seperti kasa, yakni sisa-sisa dari ziggurat yang masih ada di Borsippa (mod Birs Nimrud), 11 km di sebelah tenggara Babel, kemungkinan dari zaman Neo-Babilonia.

Dugaan lain berkata bahwa tempat menara seperti yang disinggung dalam Alkitab, adalah di Dur-Kurigalzu (Aqar Quf), di sebelah barat Bagdad. Tapi kota ini dibangun kr 1400 sM. Yang dapat dikatakan dengan pasti adalah, bahwa cerita Kitab Kejadian tentang menara adalah bersifat sejarah yg dapat dipercaya mengenai bangunan-bangunan yang tidak bisa ditemui lagi.

Beberapa ahli menghubungkan penglihatan Yakub tentang tangga dan 'pintu gerbang ke sorga' (Kejadian 28:11-18) dengan suatu ziggurar scperti pernah dibangun di Babel.

Menurut Kejadian 11:9 campur tangan Allah dalam pembangunan Babel mengakibatkan kekacauan bahasa-bahasa dan kemudian penyebaran manusia, mungkin pada zaman Peleg (Kejadian 10:25).

Babel telah menjadi lambang kecongkakan manusia dan kejatuhannya yang tidak dapat dihindari.


Image
Rekonstruksi menara (Ziggurat) dibangun oleh raja Ur, Urnammu, lk 2100 sM.
Peron-peronnya diwarnai hitam, merah, biru, yang tertinggi dilapisi perak,


II. Kota Babel
Kota Babel di tepi S Efrat (80 km di sebelah selatan Bagdad sekarang, negeri Irak) yang menjadi ibukota negeri Babel dalam hal politik dan agama, juga menjadi ibukota dari kerajaan dan kebudayaan di wilayah itu.


a. Nama

Kata Ibrani בָּבֶל - BABEL atau BAVEL menerjemahkan kata Babilonia bab-ili. jamak bah-ilani, yang menerjemahkan kata Sumer yang lebih kuno ka-dingir-ra, 'pintu gerbang Allah'. Dalam bahasa Mesir b-bi-r' (= bbr atau bbl), bahasa Persia kuno babirus. Nama-nama lain sebagai padanan kata ini dalam naskah-naskah Babilo-nia adalah tin-tir (ki), 'hidup pohon-pohon ', mereka artikan sebagai 'tempat kehidupan ': e-ki, 'tempat terusan-terusan '. שֵׁשַׁךְ - SESAKH dari Yeremia 25:26; 51:40 biasanya diartikan sebagai teka-teki yang menunjuk ke Babel; ada yang menganggapnya seski, kata yang mungkin jarang dipakai dan sangat tua.


b. Pendirian

Menurut Kejadian 10:10 Nimrod meletakkan dasar kota ini sebagai ibukota. Tapi tradisi agamawi Babilonia percaya, bahwa yang meletakkan dasar itu adalah dewa Marduk. Tak ada catatan lain tentang pendirian dan pembangunan kota itu.


c. Sejarah

Sargon I dari Agacle (kr 2350 sM) dan penerusnya. Shar-kalisharri, mendirikan kuil-kuil baai dewa-dewa Anunitum clan Amal dan menurut tradisi juga memperbaiki panggung kuil. Mungkin kola mereka, Agade, telah elibangun eli atas puing-puing kota Babel yg sebelumnya. Pada zaman Shulgi dari Ur (± 2000 sM) Babel diserang dan kemudian diperintah oleh gubernur-gubernur (patesi) yang diangkat dari Ur.

Dengan kedatangan dinasti Amari pcrtama di Babel di bawah Sumu-abum. tembok-ternbok kota diperbaiki dan Hammurabi serta para penerusnya memperluas kota itu, yang berkembang sehagai ibukota daerah mereka sampai dika-lahkan oleh orang-orang Het ± 1595 sM. Setelah beberapa lama diperintah oleh bangsa Kasit, kota itu memberontak dan diserang pada beberapa peristiwa, teristimewa oleh Tiglat-Pileser I dari Asyur ± 1100 sM.

Babel berkali-kali berjuang untuk kernerdekaannya, dan suatu kali seorang pemegang pemerintahan dari bangsa Kasdim, Marduk-Apla-Iddina II (722-710, 703-702 sM), mengutus duta-duta untuk meminta pertolongan dari Yudea (2 Raja 20:12-18). Ucapan Yesaya tentang nasib kota itu (Yesaya 13) mirip dengan cerita Sargon II dari Asyur tentang serangannya terhadap kota tersebut. Dalam usaha untuk meniadakan pernimpin-pemirnpin pemberontakan itu, beberapa penduduk kota dipindahkan ke Samaria, dan di sana mereka memasukkan pemujaan kepada dewa-dewa kota dari Babel (2 Raja 17:24-30). Sanherib melantik anaknya menjadi raja Babel tapi ia dibunuh oleh Elam yg pro-Babel, 694 sM. Sanherib mengharap dapat menghapus semangat kebangsaan Babel dengan meruntuhkan kota Babel pada thn 689, dan memindahkan tugu-tugunya yg suci.

Putranya, Esarhadon, berusaha memperbaiki kota suci itu: ia memindahkan Manasye ke Babel sebagai tawanan (2 Tawarikh 33:11). Ia menjadikan Babel kota taklukan di bawah seorang dari anak-anaknya, Samas-sum-ukin. Tapi orang ini bertengkar dengan saudaranya, Asyurbanipal dari Asyur. Dalam perang yang kemudian tahun 652-648 sM Babel rusak berat karena api, dan sekali lagi orang-orang Asyur mengangkat seorang pribumi, Kandalanu, menjadi gubernur.

Kemunduran kerajaan Asyur rnemungkinkan Nabopo-lasar, orang Kasdim, membangun kembali kota itu dan mendirikan dinasti baru pada 626 sM. Pekerjaannya membangun kota itu kembali dilanjutkan dengan baik oleh para penerusnya. teristimewa oleh putranya, Nebukadnezar II, raja Babel (2 Raja 24:1), yang membanggakan diri atas kota besar yang telah dibangunnya kembali itu (Daniel 4:30). Di Babel-lah orang Yahudi ditempatkan sebagai tawanan, setelah tentara Babel beberapa kali menang perang atas Yehuda. Di antara tawanan itu adalah Yoyakim. Penjara tempat dia ditawan ditandai oleh tulisan-tulisan yang terdapat di puing-puing Babel. Barang rampasan dari Bait Suci Yerusalern, yang dibawa bersama raja Zedekia yang telah dibutakan (2 Raja 25:7-13) disimpan di kuil utama kota itu, mungkin kuil dewa Marduk (2 Tawarikh 3:7). Kota Babel kemudian diperintah oleh Arnel-Marduk (Ewil Merodakh) di mana Daniel melayani pemegang pemerintahan Kasdim yang terakhir, Belsyazar, yang memerintah bersama dengan Nabonidus.

Yesaya telah menubuatkan (Yesaya 14:1-23; 46:1,2: 47:1-5) begitu juga Yeremia (50-51) bahwa Babel akan jatuh pada waktunya, dan yang akan tinggal hanyalah puing-puing. Pada Oktober 539 orang Persia di bawah pimpinan Koresy memasuki Babel dan membunuh Belsyazar (Daniel 5:30). Bangunan-bangunan utama tidak dirusak. dan kuil-kuil dengan arca-arcanya diperbaiki at as perintah raja. Di luar Alkitab tidak ada sumber informasi tentang pernerintahan kota ini, yang kemudian menjadi ibukota tambahan dari Persia.

Bejana-bejana kuil diserahkan kepada Sesbazar untuk membangun kembali [url=http://www.sarapanpagi.org/yerusalem-sion-vt243.html#p528Yerusalem[/url], dan penemuan laporan tentang ini. mungkin di dalam gedung arsip di Babel, menjadi sebab dari kelanjutan kembalinya Yahudi buangan yang terbuang di Babel di bawah pimpinan Ezra (Ezra 8:1). Seperti dulu, Babel adalah pusat beberapa pemberontakan antara lain oleh Nidintu-Bel (522 sM); Araka (521 sM); Belsyimanni dan Syamasy-eriba (482 sM).

Waktu Xerxes menindas yg terakhir, ia merusak kota itu (478 sM); Aleksander berencana memperbaikinya, tapi baru sebagian kecil perbaikan itu selesai ia meninggal. Dengan pembangunan Selcukia di pantai Sungai Tigris, sebagai ibukota pemegang-pemegang pemerintahan Seleukid setelah pendudukan Babel pada tahun 312 sM, sekali lagi Babel jatuh kepada kerusakan dan puing-puing. Tapi, menurut tulisan-tulisan berbentuk baji di atas papan, kuil Bel di sana tetap ada sampai paling sedikit tahun 75 sM.


d. Penyelidikan

Sejak Herodes dari Halikarnasus kr 460 sM (History, 1. 178-188) meninggalkan cerita-cerita tentang kunjungannya ke Babel. banyak orang yang tertarik dengan kota itu, antara lain Benyamin dari Tudela (abad 12), Rauwolf (1574), Niebuhr (1764), C.J Rich (1811-1821) dan Ker Porter (1818) kemudian diikuti oleh penyelidik-penyelidik yang lebih ilmiah, membuat penelitian dan rcncana atas puing-puing itu. Usaha pertama oleh Layard (1850) dan Fresnel (1852), kemudian diikuti penggalian yang sistematis di bagian dalam kota itu oleh Deutsche Orient Gesellschaft di bawah Koldewey (1899-1917). dan lebih kemudian lagi oleh Lenzen pada tahun 1956-1958. Sejak 1962 orang Irak telah memperbaiki kuil Ninmah.

Hasil penclitian tadi digabungkan dengan bukti-bukti lebih dari 10.000 ayat-ayat tertulis, yang ditemukan di tempat itu oleh orang-orang pribumi yang mencangkul tanah untuk membuat bata, memungkinkan untuk membuat gambar yang tepat dari kota zaman Nebukadnezar itu. Gundukan reruntuhan, bebe-rapa kali perusakan dan pembangunannya kernbali. bersama dengan perubahan arah Sungai Efrat dan bcrtambah dalarnnya pcrmukaan air di bawah tanah berarti, bahwa baru sebagian kecil dari kota itu yang sudah digali, sedangkan bagian terbesar bel urn digali sampai sekarang.

Kini tempat itu ditutupi oleh bukit-bukit yg terpisah-pisah. Yang paling besar, Qasr, menutupi baluwarti - benteng pertahanan kota: Merkas, suatu bagian kota. Di scbelah utara Bawil, istana utara atau istana musim panas Nebukadnezar: Amran ibn 'Ali kuil Marduk, dan Sahn tempat ziggurat atau panggung kuil.

Babel dikelilingi tembok ganda, tersusun berbelit-belit.
Tembok luar panjangnya 27 km, kuat dan cukup lebar bagi kereta-kereta jalan di atasnya, dilengkapi dengan panggung-panggung pertahanan, dan mempunyai 8 pintu. Di sebelah utara pintu-pintu gerbang yg besar dari Isytar menuju ke jalan arak-arakan terus ke tembok ke Esagila. kuil Marduk, dan ziggurat Etemenanki di dekatnya. Jalan besar yg dialasi batu ini panjangnya 920 m, tembok-temboknya dihiasi dengan batu yang diemail dengan gambar 120 ekor singa (lambang Isytar), 575 musrussu - naga-naga (Marduk), dan lembu-lembujantan (Bel) disusun silih berganti deretannya.

Jalan itu membelok ke barat dan menyeberangi Sungai Efrat melalui suatu jembatan yang menghubungkan Kota Baru di pantai barat dengan ibukota yang lama. Istana-istana yang utama yang begitu diperhatikan raja-raja. kini merupakan komplek bangunan-hangunan dalam bcntcng. dan di antaranya berada ruang takhta (52 X 17 m) yang mungkin dipakai pada zaman Daniel. Pada pojok timur laut dari israna, ada sisa-sisa dari tiang-tiang yang oleh Koldewey dianggap penyangga dari 'taman-taman ganrung' yang dibangun oleh Nebukadnezar bagi Amitis, istrinya. sebagai kenang-kenangan kepada tanah kelahirannya.

Banyak bagian dari wilayah kota dan kuil-kuilnya, 53 kini dikenal, telah ditcmukan. Bcbcrapa nama dari bagian-bagian kota kadang-kadang dipakai untuk menghunjuk segenap kola itu (Shuanna, [JCS 23, 1970, him 63] Susan, Tuba, Tintir, Kullab). Perusakan yang berulang kali mengakibatkan hanya sedikit barang kuil yang tersisa pada tempatnya. Pemilikan atas area Marduk yang tempatnya di Esagila, merupakan puncak kemenangan dan dibawa ke ibukota negara pemenang. Tentang agama dan kebudayaan Babel,lihat bagian III di bawah.

e. Dalam PB

1. Babel (Yunani, Βαβυλών - BABYLŌN di tepi Efrat, secara khusus menghunjuk pada pcmbuangan di Babel (Matius 1:11, 12, 17, (2); Kisah 7:43).

2. Dalam Wahyu 14:8 dan 18:2 'Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar' menggema Yesaya 21 :9. Tapi hunjukannya bukanlah kota di tepi Efrat itu, melainkan kota Roma, seperti diterangkan dengan disebutnya 7 gunung dalam Wahyu 17:9 (bandingkat juga Wahyu 16:19; 17:5; 18:10,21). Perempuan berkain ungu dalam Wahyu 17, di atas takhta mengendarai binatang berkepala tujuh dan yang namanya 'Babel yang besar ' adalah kota Roma dalam kerajaan Romawi. Ketujuh kepala dari binatang kerajaan ditafsirkan tidak hanya dengan 7 gunung Roma, tapi juga dengan 7 kaisar Romawi - 5 telah jatuh yakni kaisar: Agustus, Tiberius, Gayus, Klaudius dan Nero, dan 1 yg masih memerintah adalah Vespasianus (Wahyu 17:10).

3. Dalam 1 Petrus 5:13 'yang di Babilon kawanmu yang terpilih’, yang mengalamatkan salamnya kepada orang Kristen, si alamat mungkin sekali adalah suatu gereja Kristen. 'Babilon ' di sini disamakan dengan kota di pantai Efrat, dan juga dcngan markas tentara Romawi di tepi Nil (sekarang Kairo), tapi adalah lebih tepat disamakan dengan kota Roma, tafsiran yg sudah ada pada abad 2.

Mitologi Yunani dan Romawi

Dewa-Dewi dalam Mitologi Yunani Kuno
Pohon Silsilah Dewa-Dewi Yunani

ZeusZeus (bahasa Yunani: Ζεύς atau Dias Δίας), adalah nama seorang dewa Yunani kuno. Dewa ini juga dikenal di Roma kuno dan India kuno. Dalam bahasa Latin disebut Iopiter sedangkan dalam bahasa Sansekerta disebut Dyaus-pita.

Dalam mitologi, Zeus adalah raja bagi segala dewa-dewi di Olimpus. Ia menikah dengan adik perempuannya, Hera yang menjadi Dewi Penikahan. Zeus membagi dunia menjadi tiga dan membagi dunia-dunia tersebut dengan kedua saudaranya, Poseidon yang menjadi Dewa Penguasa Lautan, dan Hades yang menjadi Dewa Penguasa Alam Kematian.

HeraHera (bahasa Yunani: ρα atau ρη) dikenal sebagai istri dan saudara perempuan dari Zeus. Hera adalah dewi pernikahan. Ia digambarkan sebagai dewi yang penuh keagungan dan penuh hikmat. Sering ditahtakan dan dimahkotai dengan polos (mahkota berbentuk silinder tinggi), yang hanya dikenakan oleh beberapa dewi-dewi besar.

PoseidonDalam mitologi Yunani, Poseidon (bahasa Yunani: Ποσειδν) dikenal sebagai dewa penguasa laut,sungai,dan danau. Poseidon memiliki senjata berupa trident yang bisa menyebabkan banjir dan gempa bumi. Poseidon juga memiliki kendaraan yang ditarik oleh Hippopocamus (makhluk setengah kuda setengah ikan). Poseidon beristrikan Amphitrite dan memiliki anak bernama Triton. Posidon juga adalah dewa yang menciptakan kuda dalam upayanya merayu Demeter.

HestiaHestia adalah salah satu dari tiga dewi besar pada generasi pertama Olimpia: Hestia, Demeter dan Hera. Dia digambarkan baik sebagai yang tertua maupun yang termuda dari ketiga putri Rhea dan Kronos, saudari dari ketiga saudara Zeus, Poseidon, dan Hades. Pada awalnya ia tercatat sebagai 12 Dewa Olimpus,namun Hestia menyerahkan posisinya pada pendatang baru Dionisus, untuk menjaga api suci di gunung Olimpus. Setiap tungku perapian keluarga adalah tempat pemujaannya.
Dari semua dewa dewi Olimpia, Hestia adalah yang paling sedikit dieksploitasi “dikarenakan tungku perapian tidak bisa dipindah-pindah/dibawa-bawa”, Hestia tidak dapat berperan bahkan dalam prosesi para dewa dewi, terkadang ini digambarkan sebagai sikap pasif, dan kepribadian yang non konfrontasional (menurut Walter Burkert). Kepribadian ini digambarkan pada sikapnya yang merelakan kedudukannya pada 12 Dewa Olimpus untuk menghindari konflik.
Dia disebut sebagai kelahiran pertama dari Rhea dan Kronos.Segera setelah kelahiran mereka, Kronos menelan Hestia dan saudara-saudaranya kecuali si bungsu Zeus, yang pada akhirnya menyelamatkan mereka dan memimpin mereka berperang melawan Kronos dan para Raksasa yang lain. Hestia, si putri sulung “menjadi anak yang terakhir, karena dia yang pertama ditelan ayahnya dan yang terakhir diselamatkan ” (Kereny 1951:91)

HadesHades (dari kata Yunani δης, Hadēs, atau ιδης, Háidēs) adalah dewa kematian atau dewa neraka dalam Mitologi Yunani. Hades juga dikenal dengan nama Pluto (Πλούτων, Plouton) dalam Mitologi Romawi. Karakter Hades sering digambarkan bersama anjing berkepala tiga bernama Cerberus di dunia bawah tanah (neraka).
Di dalam kekristenan kata Hades dipakai untuk menterjemahkan kata Sheol, שאול (Sh’ol) dalam bahasa Ibrani, yang artinya alam kubur manusia atau “dunia di bawah”. Bahasa Indonesia menerjemahkan kata Hades yang berarti alam kubur tersebut dengan kata neraka, diambil dari bahasa Sanskerta, dengan arti yang sama.

DemeterDemeter dalam mitologi Yunani merupakan sebutan untuk dewi kesuburan. Konon, Demeter merupakan putri dari Kronos dan Rhea yang sewaktu bayi sempat ditelan bulat-bulat oleh Kronos karena sifat paranoid ayahnya. Keunikan dari Demeter adalah kecintaannya dalam mengajari manusia bercocok tanam sehingga manusia meninggalkan cara hidup berburu dan meramunya menjadi bercocok tanam. Di rambut Demeter terdapat jalinan dari bulir-bulir padi yang menunjukkan identitasnya sebagai dewi kesuburan.
Demeter memiliki seorang anak bernama Persefone yang menjadi istri dari Hades. Konon, kisah Persefone ini merupakan asal mula timbulnya empat musim. Saat Persefone pergi bersama Hades di mana tidak terdapat sinar matahari, saat itulah terjadinya musim dingin. Dan ketika Persefone pergi bertemu Demeter sekali setahun, saat itulah tiba musim semi.
Ada beberapa kisah tentang Demeter yang mengajarkan tentang moral yang baik, salah satunya adalah kisah Erisikton yang dikutuk untuk menjadi lapar sampai mati.

ArtemisArtemis merupakan putri dari raja para dewa, Zeus, serta istrinya Leto. Artemis mempunyai saudara kembar iaitu Apollo. Waktu itu Leto harus melahirkan di pulau yang belum pernah disentuh oleh matahari sebab dikutuk oleh Hera, yang murka kepada Zeus. Zeus kemudian berbaik hati dengan mengangkat sebuah pulau dari dasar laut yang belum disentuh sinar matahari, Ortygia. Leto pun melahirkan di pulau tersebut. Artemis lahir pertama pada bulan keenam. Ia lalu membantu ibunya melahirkan Apollo, yang lahir pada bulan ketujuh. Mungkin oleh sebab inilah Artemis disebut juga sebagai dewi kelahiran.

ApolloApollo (bahasa Yunani: Απόλλων, Apóllōn; atau Απελλων, Apellōn) adalah Dewa cahaya, musik, pemanah, pengobatan, matahari, dan penyair dalam mitologi Yunani dan mitologi Romawi. Ia merupakan anak dari Zeus dan Leto dan saudara kembar Artemis. Orakel-nya di Delphi sangat terkenal. Banyak orang dari seluruh Yunani yang mengunjungi orakelnya untuk mencari tahu mengenai masa depan mereka

AthenaAthena, (bahasa Yunani: Αθηνά atau Αθήνη; bahasa Doris: Ασάνα) yang dialihaksarakan sebagai Athene, adalah seorang Dewi Yunani yang melambangkan kebijaksanaan, strategi, dan perang. Ia dihubungkan oleh bangsa Etruria dengan dewi mereka bernama Menrva, dan kemudian dikenali oleh orang Romawi sebagai Minerva, yang ditemani oleh seekor burung hantu kecil, memakai sebuah tameng dada bernama Aegis yang diberikan kepadanya oleh ayahnya dan ditemani oleh dewi kemenangan, Nike.
Menurut ramalan, apabila Zeus memiliki anak dengan Metis maka anak tersebut akan lebih kuat dan pandai dari Zeus sehingga mampu untuk menggulingkan Zeus dari tahta. Pada saat Metis mengandung Athena, Zeus menelan Metis untuk mencegah kelahiran anaknya. Hal ini menyebabkan Zeus menderita sakit kepala hebat dan memerintahkan Hermes untuk membelah kepala Zeus dengan menggunakan kapak perunggu (buatan Hephaestus)untuk menghilangkan rasa sakitnya. lalu lahirlah Athena melalui kepala/dahi Zeus dalam keadaan berbaju perang lengkap dengan pelinding kepala. Disebutkan pula penyebab sakit kepala Zeus karena Metis membuatkan baju perang dan pelindung kepala untuk anaknya didalam tubuh Zeus, dan proses pembuatan inilah yang menyebabkan Zeus menderita sakit kepala.
Dalam legenda lain Pallas dianggap ayahnya, maka ia sering diberi gelar Pallas Athena (Παλλάς Αθηνά). Selain itu juga ada yang menyebutkan kalau Athena berhasil membunuh Pallas dalam perang Dewa melawan Titan sehingga diberi gelar Pallas Athena.
Athena adalah dewi kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan, adik dari Ares sang dewa perang. Athena terkenal akan belas kasihannya pada manusia saat para dewa yang sewenang-wenang berkuasa. Dia pernah membunuh Medusa dan meletakkan kepalanya pada sebuah perisai yang dinamakan “Perisai Aegis” sebuah perisai yang menurut mitos sangat kuat.

AphroditeAphrodite adalah Dewi Cinta dan Kecantikan dalam mitologi Yunani. Dalam legenda Romawi disebut sebagai Venus. Ada dua legenda berbeda mengenai kelahiran Aphrodite. Versi pertama menyebutkan Aphrodite adalah putri dari Zeus dan Dione, tapi legenda ini kurang populer. Versi kedua menyebutkan bahwa Aphrodite lahir dari alat kelamin Uranus sang Titan yang dikebiri oleh Cronus.
Aphrodite sangat populer dikalangan para dewa. Zeus khawatir akan terjadi peperangan di antara para dewa (karena memperebutkan Aphrodite) sehingga menikahkannya dengan Hephaestus. Kemudian mereka memiliki seorang putra, Eros yang menjadi Dewa Asmara.

HermesHermes adalah salah satu dewa dalam mitologi Yunani, ia dianggap sebagai dewa keberuntungan, dewa pelindung bagi kaum pedagang, dan juga dewa pengirim berita. Dalam mitologi Romawi, ia disebut juga sebagai Mercurius. Hermes adalah anak Zeus dan Maia.
Ciri fisiknya adalah tubuh yang mungil yang selalu mengenakan topi bersayap dan juga sandal bersayap. Ia sangat cepat dalam berkata-kata dan juga berlari. Hermes menjabat sebagai pembawa pesan Zeus dan pemandu bagi roh yang menuju neraka. Hermes memiliki tongkat yang disebut Caduceus.
Ia merupakan dewa penolong bagi Odiseus ketika terjebak pada sebuah pulau. Dari hubungannya dengan Aphrodite, Hermes memiliki anak bernama Hermaphrodite.

HephaestusHefestus dalam mitologi Yunani digambarkan sebagai anak yang buruk rupa dan pincang, sehingga diceritakan bahwa ia dibuang oleh Hera pada saat ia lahir. Dia terlempar selama satu hari satu malam dan jatuh di tengah samudera, ia diselamatkan dan dirawat oleh Tetis dan Eurinome di gua bawah laut.
Hefestus membalas perbuatan Hera yang membuangnya dengan membuatkannya singasana emas gaib dengan rantai yang tidak kasat mata yang, saat Hera duduk di atasnya, langsung menjeratnya. Tidak ada satu dewapun yang sanggup mematahkan rantai itu. Dewa dewi yang lain memohon pada Hefestus untuk kembali ke Olimpus dan melepaskannya, tetapi dia tetap saja menolak. Dionisus akhirnya berhasil membuatnya mabuk dan membujuk ia kembali ke Olimpus. Di sana ia berdamai dengan ibunya dan bersedia melepaskannya. Atas kesediaannya, ia dinikahkan dengan Aphrodite sang dewi cinta.


Mitologi Romawi Kuno

1. Hercules
Hercules adalah tokoh dalam mitologi Romawi. Dalam mitologi Yunani dia dikenal sebagai Herakles. Begitu banyak cerita dan versi tentang lelaki yang diidentikkan dengan kekuatan dan kedewaannya. Legenda menyebutkan bahwa Hercules adalah putra dewa Jupiter (Dalam mitologi Yunani disebut Zeus), pemimpin para dewa dengan Alcmene yang seorang wanita biasa. Ini membuat Juno (dalam mitologi Yunani disebut Hera), istri Jupiter cemburu dan menumpahkan kekesalannya pada Hercules dengan berusaha membunuhnya. Kisah yang terkenal adalah upaya Hera membuat Hercules menderita dan diharuskan menjalankan 12 macam tugas berat, yang semuanya bisa dilalui. Hercules bahkan pernah dibuat gila sehingga membunuh istri pertamanya Megara dan kedua anaknya.
2. Pluto
Dalam mitologi Romawi, Pluto adalah dewa dunia bawah. Dalam mitologi Yunani dia disebut Hades. Pluto juga adalah dewa kekayaan karena berlian dan berbagai batu mulia berasal dari bawah tanah.
Pluto menculik Proserpina, anak Ceres, ke dunia bawah untuk dijadikan istrinya. Ceres bersedih dan menangis sehingga tanaman di bumi tidak tumbuh dan membuat manusia menderita. Akhirnya Jupiter menemui Pluto dan memintanya mengembalikan Proserpina. Mereka kemudian bersepakat bahwa selama enam bulan, Proserpina akan bersama ibunya di bumi lalu selama enam bulan berikutnya Proserpina akan tinggal bersama Pluto di dunia bawah. Hal inilah yang menyebabkan pergantian musim semi dan musim dingin.
3. Yupiter
Dalam mitologi Romawi, Jupiter atau Jove adalah raja para dewa, dan dewa langit dan petir. Dalam mitologi Yunani dia dikenal sebagai Zeus. Ia dipanggil Iuppiter (atau Diespiter) Optimus Maximus ( “Dewa Terbaik dan Terbesar”). Sebagai dewa pelindung Romawi kuno, ia memerintah hukum dan tatanan sosial. Dia adalah dewa pemimpin dalam Triad Kapitoline bersama istrinya Juno. Jupiter juga adalah ayah dari dewa Mars dari hubungannya dengan Juno. Oleh karena itu, Jupiter adalah kakek dari Romulus and Remus, pendiri kota Roma. Jupiter dihormati di agama Romawi kuno, dan masih dihormati di Neopaganisme Romawi. Ia adalah putra dari Saturnus, saudaranya adalah Neptunus dan Pluto. Dia juga merupakan suami dari Ceres, saudara dari Veritas, dan ayah dari Merkurius.
4. Venus
Venus adalah salah satu yang terkenal dalam sejarah mitologi Romawi. Dewi ini diasosiasikan dengan cinta dan kecantikan, identik dengan Afrodit dan Etruscan deity Turan dari mitologi Yunani. Image Venus merupakan gabungan di antara keduanya. Selain itu terdapat dewi sejenis Tlahuizcalpantecuhtli di peradaban Aztec, atau Kukulcan di peradaban Maya.
Pengaruh pemujaan dewi ini berawal di Ardea dan Lavinium, Latium. Pada 18 Agustus 293 SM, tempat pemujaannya yang tertua dibangun. Tanggal ini menjadi perayaan Vinalia Rustica. Tanggal 23 April 215 SM kuil pemujaan lainnya dibangun di bagian luar Gerbang Collina, sekaligus sebagai peringatan kekalahan tentara Romawi dalam peristiwa Battle of Lake Trasimene.
Nama Venus mempunyai kemiripan dengan bahasa Sanskerta vanas yang berarti (kecintaan, gairah). Hal ini menimbulkan dugaan bahwa konsep Venus berasal dari pengaruh Proto-Indo-Eropa.
5. Victoria
Dalam Agama Romawi Kuno, Victoria adalah personifikasi dari dewi kemenangan. Dia adalah penyetaraan dari dewi Nike dari Yunani Kuno, dan dikaitkan dengan Bellona. Dia diadaptasi dari Sabine (dewi pertanian Vacuna) dan memiliki sebuah kuil di Palatine Hill. Dewi Vica Pota kadang-kadang juga diidentifikasi dengan Victoria.
Berbeda dengan Nike Yunani, Victoria (bahasa Latin untuk “kemenangan”) adalah bagian utama dari masyarakat Romawi. Beberapa kuil didirikan untuk menghormatinya. Ketika patungnya dihancurkan pada tahun 382 oleh kaisar Gratianus, terjadi kemarahan orang-orang di Roma. Dia biasanya disembah oleh jenderal peraih kemenangan setelah kembali dari perang.
Tidak seperti Nike Yunani juga, yang dikenal sukses dalam permainan atletik seperti balap kereta perang, Victoria adalah simbol kemenangan atas kematian dan menentukan siapa akan berhasil selama perang.
Victoria muncul secara luas pada uang logam Romawi, perhiasan, arsitektur, dan seni lainnya. Dia sering terlihat dengan atau di kereta, seperti pada karya seni patung akhir abad ke-18 yang mewakili kemenangan dalam quadriga di Gerbang Brandenburg di Berlin-Jerman.
6. Mars
Mars dalam mitologi Romawi adalah dewa perang, putra dari Juno dan Jupiter, suami Bellona, dan kekasih Venus. Dia adalah dewa militer yang utama dan disembah oleh legiun Romawi. Prajurit Romawi menganggapnya sebagai dewa terpenting kedua setelah Jupiter. Festival untuknya digelar pada bulan Maret dan Oktober. Nama Mars kemungkinan beasal dari dewa pertanian mitologi Etruska, Maris. Di Romawi, Mars awalnya adalah dewa pertanian dan pelindung ternak, ladang, dan petani. Hal ini disebabkan karena rakyat Roma pada awalnya adalah petani. Ketika Romawi semakin lama semakin kuat dalam peperangan, Mars beralih fungsi dan disembah sebagai dewa pertempuran dan dihubungkan dengan Ares dari mitologi Yunani. Mars adalah pelindung kota Roma dan dianggap sebagai leluhur dari semua orang Romawi
7. Neptunus
Neptunus (bahasa Latin: Neptūnus) adalah dewa air dan laut pada mitologi Romawi, saudara kandung Yupiter dan Pluto. Ia serupa, tetapi tidak sama dengan dewa Poseidon dari Mitologi Yunani.
Fesitvalnya, Neptunalia, dimana tenda-tenda dibuat dari ranting semak-semak, diadakan pada tanggal 23 Juli. Ia memiliki dua kuil di Roma, kuil pertama dibangun pada tahun 25 SM, berdiri di dekat Circus Flaminius. Kuil kedua, Basilica Neptuni, dibangun di Campus Martius.

Sabtu, 05 November 2011

Novel

Aku punya novel nih...tapi novel yang akan aku posting adalah novel favoritku....

1. Nuno and The Revenge of The Doomed Omiyan
Ini ceritanya imajinatif banget.....aku suka alur ceritanya yang gak ketebak....Kalian mesti baca deh.....Tapi mungkin novelnya udah jarang ditemuin....Ini aja aku bongkar-bongkar tumpukan novel di gramedia...upss ketauan....hahaha

2.The Book of Lost Things
Ini novel juga imajinatif...Jadi semua yang ada di dongeng anak-anak sebagai pengantar tidur itu berbeda banget di novel ini. Contohnya nih Putri Salju di Dongeng adalah sosok yang cantik,baik,periang dan bersahabat.
Tetapi di dalam novel ini, kamu gak akan nemuin Putri Salju yang seperti dalam dongeng.Di dalam novel ini, Putri Salju ( Snow White) adalah sosok yang gendut, menyebalkan, dan pemalas.Sampai-sampai para kurcaci ingin membunuh Putri Salju karena bosan disuruh-suruh terus.
Pokoknya seru deh baca novel ini.....

3.Ramuan Drama Cinta

Nah ini novel terakhir yang mau aku posting....Sebenernya masih banyak sih novel-novel yang aku suka.Tapi berhubung udah capek ngetik nih, jadi cuma segini dulu.
Novel ini adalah novel lanjutan dari Jampi-Jampi Varaiya.Ceritanya tentang sihir-sihir.Semua yang gak masuk akal ada di sini.Ceritanya seru dan romantis juga.Kalau mau baca jangan lupa baca yang pertama.Biar lebih nyambung ceritanya...hahaha

^__^



   

Jumat, 04 November 2011

Batik salah satu kebudayaan

Yahh..udah lama nih gak buka blog..
Kangen....-_-
Karena udah pindah sekolah ke Jogja, jadi susah mau buka blogger....
Aku sekarang mau posting apa ya...???
Kayaknya mau posting tentang Indonesia aja kali ya....Soalnya aku anak Indonesia...Harus cinta dong kepada bangsa dan negara....hihihihi
Ada info loh...
Sebenernya Indonesia itu negara yang sangat menarik loh...

Indonesia itu satu negara tetapi memiliki bermacam-macam kebudayaan.....:)
Aku mengingat kata-kata itu dengan baik ^^

Ini nih salah satunya.....
Batik 

DEFINISI
Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan ‘malam’ (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya “wax-resist dyeing”.
Batik is a general term that refers to a wax-resist fabric-dyeing technique; tulis is the name of the highest quality freehand batik, whose makers use a hot-wax applicator known as a “canting.” Hand-blocked designs are called cap, and the most common batik fabric is mass-produced.

SEJARAH RINGKAS BATIK INDONESIA
Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.
Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.
Perkembangan Batik di Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.
Sumber: Sejarah Batik Indonesia


Masa Pra-Hindu
Sebelum kebudayaan Jawa -atau dalam arti luas Indonesia- mendapat pengaruh dari India, bangsa Indonesia telah mengenal 10 butir budaya asli atau local culture. Diantara 10 butir itu adalah membatik.
“Berarti yang namanya membatik dari sisi teknologi itu secara hipotetis, telah dimiliki oleh bangsa Indonesia pada masa-masa sebelum pengaruh kebudayaan India datang di Indonesia. Sebelum abad ke 4 atau 5,” kata Timbul* mengacu tulisan Brandes pada tahun 1890-an. Local culture merupakan suatu kebudayaan setempat yang belum dipengaruhi oleh kebudayaan asing. Selain batik, budaya lokal yang masuk dalam 10 local culture masyarakat Jawa -menurut Brandes- adalah wayang, gamelan, tembang, metalurgi, perbintangan, pelayaran, irigasi, birokrasi pemerintahan, dan mata uang.
Datangnya pengaruh kebudayaan India sekitar abad ke-4 atau ke-5 Masehi, membawa dampak pula pada kebudayaan Jawa. Kebudayaan India antara lain memperkaya variasi motif desain ragam hias yang ada, yang dapat dilihat di relief candi-candi. Pengaruh tersebut menyebabkan motif-motif batik juga berkembang. Sebelum masuknya pengaruh India, batik mempunyai tiga macam motif dasar yaitu motif geometrik berupa garis-garis -baik garis lurus, lengkung, maupun pengulangan garis-, motif flora atau tumbuh-tumbuhan, dan motif binatang.
Berkembangnya mitos-mitos dan legenda-legenda yang berasal dari India seperti cerita Ramayana, Mahabarata, dan legenda tentang garuda juga membawa pengaruh pada motif batik.
*Guru Besar di Fakultas Ilmu Budaya UGM, Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc, merujuk pada pendapat sejarawan Belanda Dr. JLA Brandes
Sumber: Batik Berkembang Ikuti Masa
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Abad VII-XIV
Masa Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia/Hindu and Buddhist Kingdoms
In the sixth and seventh centuries, many maritime kingdoms arose in Sumatra and Java, which controlled the waters in the Straits of Malacca. They flourished as a result of the sea-trade between China and India and beyond. During this time, scholars from India and China visited these kingdoms to translate literary and religious texts.
The most prominent of the Hindu kingdoms was the Majapahit Empire based in East Java, from where it held sway over a large part of what is now Indonesia. The remnants of the Majapahit’s priests, royalties, and artisans, fled to Bali during the sixteenth century, as Muslim kingdoms in the coastal part of the island gained influence.
The evidence of these ancient kingdoms still lies in scores of exquisite religious monuments such as Borobudur. The last and most powerful of these early Hindu-Javanese kingdoms, the 14th century Majapahit Empire, once controlled and influenced much of what is now known as Indonesia, maintaining contacts with trading outposts as far away as the west coast of Papua New Guinea.
The two forms of batik which represent this era are Batik Kraton and Kawung.
Batik Kraton is regarded as the basic batik of Java. It is rich in Hindu-influenced motifs that have influenced the courts of Java since the 5th century. The Hindus introduced the sacred bird – Garuda, the sacred flower – lotus, the dragon – Naga and the tree of life. These represented the three Hindu Gods Shiva (righteousness), Vishnu (wisdom) and Brahma (strength).
Kawung is a very old design which appeared to be carved into the walls of many temples throughout Java. For many years, this pattern was reserved for the royal court of the Sultan of Jogjakarta. The pattern consists of intersecting circles which are sometimes embellished inside with two or more small crosses or other ornaments such as intersecting lines or dots. It has been suggested that the ovals might represent flora such as the fruit of silk cotton tree or the sugar plum.
Source: Indonesian Batik Through the Ages
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Masa Kerajaan-kerajaan Islam (Abad XV-XVIII) dan Pendudukan Belanda/Muslim Kingdoms and the Dutch Colonisation
Indian Muslim traders began spreading Islam in Indonesia in the eighth and ninth centuries. By the time Marco Polo visited North Sumatra at the end of the 13th century, the first Islamic states were already established there. Soon afterwards, rulers on Java’s north coast adopted the new creed and conquered the Hindu-based Majapahit Empire in the Javanese hinterland. The faith gradually spread throughout archipelago. Today Indonesia is the world’s largest Islamic nation. Indonesia’s abundant spices first brought Portuguese merchants to the key trading port of Malacca in 1511. Prized for their flavour, spices such as cloves, nutmeg and mace were literally worth their weight in gold. The Dutch East India Company (known by initials VOC) established a spice monopoly which lasted well into the 18th century. During the 19th century, the Dutch began sugar and coffee cultivation on Java, which was soon providing three-fourths of the world supply of coffee.
In terms of the batik designs which appeared during this era, one of the first was Ceplok. Islam forbids the portrayal of animal and human forms in a realistic manner. To get around this prohibition, the batik workers chose not to express these things in a realistic form. A single element of the form is chosen and then that element is repeated again and again in the pattern. This design known as Ceplok was introduced. It is a general name for a whole series of geometric designs based on squares, circles, stars, etc. Although fundamentally geometric, Ceplok can also represent abstractions and stylization of flowers, buds, seeds and even animals. Variations in colour intensity can create illusions of depth and the overall effect.
Then, there is Parang, which was once used exclusively by the royal courts of Central Java. It has several suggested meanings such as ‘rugged rock’, ‘knife pattern’ or ‘broken blade’. The Parang design consists of slanting rows of thick knife-like segments running in parallel diagonal bands. There are many variations of this basic striped pattern with its elegant sweeping lines, with over forty Parang designs recorded.
Batik Belanda, literally translated Dutch Batik, appeared as early as 1840. Records show that European settlers on the northern coast of Java started their batik producing activities in the mid-19th century. They pioneered a new era of international enrichment which is still visible in modern day Indonesian batik. Reaching its peak of creativity in 1890-1910, Batik Belanda is clearly recognized through various works of art named after the great designers such as Batik Van Zuylen, Batik Van Oosterom, Batik Prankemon, Batik Metz, Batik Yans, and Batik Coenrad.
eliza-womans-sarong 1
sarongvanzuylen 2
Eliza van Zuylen is a batik maker legend in Indonesia. She is a Dutch woman. Eliza van Zuylen lived in Indonesia arround 1863-1947 when Dutch were colonizing Indonesia. Dutch batik came into being & developed between 1840 & 1940, almost always in the form of a sarong and initially made only for the Dutch & Indo Dutch Eurasians, and primarily in the coastal region (Pekalongan).
batik-tiga-negeri
Batik Tiga Negeri (Three Country Batik). Batik Tiga Negeri is a batik which was colorized in three cities: red in Lasem, blue in Pekalongan, and sogan in Solo. These three cities were called countries (negeri) because they have autonomy government when Netherland colonialism was happening in Indonesia.
An important genre in the development of batik, Batik Sudagaran emerged as early as the end of the 19th century in the principalities of Surakarta and Yogyakarta. The word ‘sudagar’ means merchant. Therefore, this design reflects the merchants in many ways. Chinese-influenced batik, Batik Cina, emerged in Indonesia some decades after the Dutch-influenced batik. The Chinese motifs included beautiful dragons, the phoenix, snakes, lions and flowers. In contrast with Java’s deep blues and browns, Chinese batik uses brighter, pastel colours.
Source of article: Indonesian Batik Through the Ages
Source of photos: BatikDesigns.org
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1942-1945
Masa Pendudukan Jepang/Japanese Occupation in Indonesia
The designs of Batik Hokokai represent the period during which the Japanese occupied Indonesia (1942-1945). Batik Hokokai has designs which are based on fine intricate backgrounds.
java-hokokai
batik-hokokai
Contoh batik Hokokai (berasal dari bahasa Jepang). Motif Hokokai dihasilkan pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia sekitar tahun 1940an. Pada masa kini terdapat beragam motif Hokokai./Java Hokokai is an old batik motif with picture of flowers garden arounded by butterflies. Word of Hokokai was took from japanese word. The Hokokai motif was designed when Japan were colonizing Indonesia on arround 1940. Now, batik Java Hokokai appears with many motifs.
Sumber artikel/Source of article: Indonesian Batik Through the Ages
Sumber foto/Source of image: BatikDesigns.org
Hermen C Veldhuisen dalam Fabric of Enchantment, Batik from the North Coast of Java, secara singkat menyebut batik Hokokai dibuat di bengkel-bengkel milik orang Indo-Eropa, Indo-Arab, dan Peranakan, yang diharuskan bekerja untuk orang-orang Jepang karena kualitas pekerjaan bengkel mereka yang sangat halus. Sedangkan kain katunnya dipasok oleh orang-orang yang ditunjuk oleh tentara pendudukan Jepang.
Ciri-ciri kain panjang pada masa ini menurut Veldhuisen adalah penuhnya motif bunga pada kain tersebut. Meskipun gaya batik ini disebut sebagai diperkenalkan oleh dan untuk Jepang, tetapi sebetulnya gaya ini sudah muncul beberapa tahun sebelumnya. Bengkel kerja milik orang Peranakan di Kudus dan Solo pada tahun 1940 sudah menggunakan motif buketan yang berulang, dengan latar belakang yang sangat padat dan disebut sebagai buketan Semarangan. Kain-kain ini dibuat untuk Peranakan kaya di Semarang.
Kain batik pagi-sore, yaitu kain batik yang terbagi dua oleh dua motif yang bertemu di bagian tengah kain secara diagonal, juga bukan merupakan ciri khas batik Hokokai, karena kain pagi-sore ada kain pagi-sore yang dibuat pada tahun 1930 di Pekalongan. Dengan kain pagi-sore, efisiensi pemakaian menjadi salah satu tujuan karena selembar kain bisa dipakai untuk dua kesempatan dengan motif berbeda. Warna yang lebih gelap biasanya dipakai di bagian luar untuk pagi dan siang hari, sementara bagian yang berwarna pastel dipakai pada acara malam hari.
Meskipun begitu, Veldhuisen menyebutkan batik Hokokai adalah salah satu contoh gaya batik yang paling banyak berisi detail, menggabungkan ciri pagi-sore, motif terang bulan, dan tanahan Semarangan. Batik Hokokai menggunakan latar belakang yang penuh dan detail yang digabungkan dengan bunga-bungaan dalam warna-warni yang cerah. Motif terang-bulan awalnya adalah desain batik dengan motif segi tiga besar menaik secara vertikal di atas latar belakang yang sederhana.
Motif dominan lainnya adalah bunga. Yang paling sering muncul adalah bunga sakura (cherry) dan krisan, meskipun juga ada motif bunga mawar, lili, atau yang sesekali muncul yaitu anggrek dan teratai.
Motif hias yang sesekali muncul adalah burung, dan selalu burung merak yang merupakan lambang keindahan dan keanggunan. Motif ini dianggap berasal dari Cina dan kemudian masuk ke Jepang.
Hampir semua batik Jawa Hokokai memakai latar belakang (isen-isen) yang sangat detail seperti motif parang dan kawung di bagian tengah dan tepiannya masih diisi lagi dengan misalnya motif bunga padi.
Sumber: Batik Jawa Hokokai, Cerita Singkat Penjajahan Jepang di Indonesia
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1945 dan Seterusnya
Jawa baru
Setelah Perang Dunia II usai, Jepang takluk dan angkat kaki dari Indonesia, batik sebagai industri mengalami masa surut. Namun, motif-motif batik terus berkembang, mengikuti suasana. Ketika itu juga muncul istilah seperti batik nasional dan batik Jawa baru. Batik Jawa baru bisa disebut sebagai evolusi dari batik Hokokai. Pada tahun 1950-an batik yang dihasilkan masih menunjukkan pengaruh batik Hokokai yaitu dalam pemilihan motif, tetapi isen-isen-nya tidak serapat batik Hokokai.
Sumber: Batik Jawa Hokokai, Cerita Singkat Penjajahan Jepang di Indonesia
Republican Era
By the turn of the 20th century, nationalist stirring began to challenge the Dutch presence in Indonesia. A four-year guerrilla war led by nationalists against the Dutch on Java after World War II, along with successful diplomatic manoeuvrings abroad, helped bring about independence. The Republic of Indonesia, officially proclaimed on August 17th, 1945, gained sovereignty four years later. During the first two decades of independence, the republic was dominated by the charismatic figure of Sukarno until 1967. President Soekarno encouraged the creation of a new style of batik, popularly called Batik Indonesia. A symbiosis between various styles of batik, especially of the principalities of Yogyakarta and Surakarta and the north coast of Java, which still utilised brown as the basic colour, Batik Indonesia was developed utilizing bright colours. Some appeared in a totally new design while still using the traditional processing system. Batik Indonesia is also called Batik Modern.
Source: Indonesian Batik Through the Ages
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BATIK PERANAKAN
Batik peranakan adalah sub genre batik pesisir. Batik peranakan banyak dihasilkan oleh kaum peranakan baik yang berasal dari keturunan Cina maupun Belanda yang bermukim di sepanjang pesisir pantai utara (pantura) Jawa.
Setelah Indonesia merdeka, batik peranakan hanya dihasilkan oleh keturunan Cina. Daerah penghasil batik peranakan antara lain Jakarta (sebelum direlokasi berada di sekitar Karet dan Palmerah), Cirebon, Indramayu, Pekalongan, Demak, Lasem, Tuban dan Gresik. Batik peranakan diperkirakan mulai tumbuh setelah perang Jawa usai (sekitar 1830an) dan mengalami perkembangan pesat pada awal abad 20.
Beberapa maestro batik Indo Belanda yang terkenal antara lain: Lien Metzelaar, Caroline Josephine von Franquemont serta van Zuylen bersaudara (Eliza dan Carolina). Maestro batik Cina Peranakan yang menonjol antara lain: The Tie Siet, Oey Soen King, Liem Hok Sien, Liem Boen Tjoe, Liem Boen Gan, dan Oey Soe Tjoen.

Detail dari salah satu karya batik tulis Oey Soe Tjoen.
Ciri khas batik peranakan adalah penggunaan motif mitologi CIna seperti kilin, naga, burung phoenix (hong), dewa-dewa, api, mega, bunga dan sulur2an dengan stilisasi yang khas. Motif khas batik peranakan antara lain, buketan, jlamprang, dan lokcan. Interaksi kaum Cina peranakan dengan batik tradisional melahirkan batik tiga negeri, dua negeri dan sebagainya. Pada masa pendudukan Jepang juga lahir motif Jawa Hokokai.
Berbeda dengan batik Jawa yang banyak memakai warna berat karena pemakaian pewarna alami (soga, genes, kayu tiger, kayu tingi, akar pace dan sebagainya), batik peranakan banyak menggunakan warna primer (merah, biru, hijau dan sebagainya) dari pewarna kimia buatan. Batik peranakan juga memelopori pewarnaan primer dengan gradasi. Teknik penggunaan warna gradasi dipelopori oleh Oey Soe Tjoen.

Batik tulis karya Ny. Gan Sam Gie, sekitar 1890.

Batik tulis karya Ny. Tan Sing Ing, sekitar 1910-1920.

Sarung dari Tegal, sekitar 1930-1935.

Karya Oey Kok Sing (meninggal 1966), Sarung Encim, Dlorong Buketan, April 12, 1934.
Sumber:
Batik Peranakan
Sumber foto:
Sarongs–from Gajah Duduk to Oey Soe Tjoen
Classical Javanese Batik
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BATIK OEY SOE TJOEN (1925)
Sejarah Oey Soe Tjoen (1901-1975) berawal di Pekalongan pada 1925. Oey muda memutuskan keluar dari garis usaha keluarga yang memproduksi batik cetak. Bersama Kwee Tjoen Giok Nio, istrinya, ia merintis batik tulis. Rumahnya di Jalan Raya Kedungwuni, Pekalongan, dijadikan tempat usaha.
Oey menggarap motif tradisional khas pantai utara seperti motif pagi sore, merak, pringgodani, dan bunga bungaan—mawar, seruni, tulip, dan anggrek. Motif tersebut dibuat sesempurna mungkin dengan melibatkan pembatik profesional. Dari dulu batik Oey dikerjakan dengan proses berjenjang. Seorang pekerja khusus menggarap motif daun. Motif tambahannya dilakukan pekerja lain.

Oey Soe Tjoen, bersama istrinya Kwee Tjoen Giok Nio.
Oey tak sembarangan memasarkan karyanya ke pasar tradisional. Ia mengajari anak buahnya mendekati orang orang kaya. Melalui strategi ini batik Oey dikenal kalangan papan atas. Tak sedikit saudagar kaya di pantai utara terpincut dan membelinya. Usaha Oey makin terang ketika karyanya juga digemari saudagar Kudus, Magelang, dan beberapa daerah lain. Sebagian adalah pengusaha rokok dan tembakau. Saking tenarnya, kain batik Oey sempat menjadi mas kawin wajib sejumlah pengusaha Cina.
Produksi batik Oey makin meningkat. Puncaknya, mereka memiliki pekerja hingga 150 orang. Mereka dilatih cara membatik yang baik. Oey menekankan, proses produksi mesti dilakukan secara tradisional guna mempertahankan kualitas. Menurut Widianti, pencinta batik lokal berdarah Indonesia-Eropa, Van Zuylen bersama istrinya, Eliza van Zuylen, mempunyai andil membesarkan batik Oey. Pegawai Belanda di Pekalongan itu memperkenalkan warna baru selain merah dan biru, yakni warna klasik yang menjadi identitas batik tradisional Pekalongan.

Berkat jasa Zuylen pula, batik Oey akhirnya dikenal pengusaha mancanegara. Setiap bulan ada saja pemesan dari Eropa, Amerika, atau Jepang. Batik Oey juga masuk katalog karya seni yang patut dimiliki di Belanda. Selain merespons selera Barat, Oey mampu memenuhi hasrat orang Jepang. Ia membuat batik Hokokai khas Negeri Matahari Terbit itu dengan motif merak, bunga, dan kuku dengan memasukkan semua warna. Pada masa jayanya, sekitar dua puluh tahun lalu, rumah toko bercat kuning di Jalan Raya Kedungwuni, Pekalongan, itu selalu ramai pekerja.
Para pembatik menggunakan ruang bagian belakang. Di antara pembatik itu ada Ipah, ibu Muayah. Adapun rumah bagian depan, seluas setengah lapangan badminton, dijadikan ruang pajang batik. Produksi batik Oey mulai menurun pada 1980, setelah usaha beralih ke generasi kedua, Koey Kam Long, empat tahun sebelumnya. Menurut Widianti, gempuran produk tiruan membunuh usaha keluarganya.

Marliah (43) menyelesaikan batik tulis Oey Soe Tjoen di Desa Kedungwuni, Kecamatan Kedungwuni, Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (19/8).
”Batik tiruan dikerjakan dengan sablon atau printing,” ujar pemilik nama lain Oey Kiem Lian itu. Kegetiran generasi Oey Soe Tjoen ini kian parah tatkala bom mengguncang Bali pada 2002. Saat itu sejumlah turis asing membatalkan pesanan. Apalagi, menurut dia, ada juga rumor bahwa Oey berhenti berproduksi. Kini batik Oey sangat terbatas.
Sumber:
Batik Oey Soe Tjoen, Orang yang Bekerja dengan Ingatan Kuat
Batik Oey Soe Tjoen [1925]
Sumber foto:
Classical Javanese Batik
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BATIK GIRILOYO
Asal-usul Batik Giriloyo
Konon, desa yang sekarang dikenal sebagai Wukirsari adalah gabungan dari desa-desa kecil, yaitu Giriloyo, Pucung, Singosaren dan Kedungbuweng. Penduduknya masing-masing mempunyai aktivitas tersendiri, terutama Giriloyo, Pucung, dan Singosaren, sehingga desa-desa tersebut menjadi terkenal karena keahlian yang dimiliki oleh penduduknya. Dalam hal ini Giriloyo terkenal dengan batiknya, Pucung terkenal dengan kerajinan kulit dan anyaman bambunya, dan Singosaren terkenal dengan gentengnya.
Asal usul batik tulis Giriloyo konon berawal bersamaan dengan berdirinya makam raja-raja di Imogiri yang terletak di bukit Merak pada tahun 1654. Pada waktu itu, ketika Sultan Agung (cucu Panembahan Senopati) berniat membangun makam, beliau menemukan bukit yang tanahnya berbau harum dan dirasa cocok untuk dibuat makam. Namun, ketika pemakaman sedang dibangun, pamannya yang bernama Panembahan Juminah menyatakan keinginannya untuk turut dimakamkan di tempat itu. Ternyata yang meninggal duluan adalah pamannya. Oleh karena itu, yang pertama kali menempati makam tersebut adalah pamannya dan bukan Sultan Agung. Sultan Agung pun kecewa karena sebagai penguasa atau raja seharusnya yang pertama kali dimakamkan di situ adalah dirinya. Untuk menetralisir kekecewaan, Sultan Agung mengalihkan pembangunan calon makam untuk dirinya di bukit lain yang oleh penduduk setempat dinamakan “Bukit Merak” yang berada di Dusun Pajimatan wilayah Girirejo.
Sejalan dengan berdirinya makam raja-raja di Imogiri ini maka perlu tenaga yang bertanggung jawab untuk memelihara dan menjaganya. Untuk itu, keraton menugaskan abdi dalem yang dikepalai oleh seorang yang berpangkat bupati. Oleh karena banyak abdi dalem yang bertugas memeliharanya, sehingga sering berhubungan dengan keraton, maka kepandaian membatik dengan motif batik halus keraton berkembang di wilayah ini. Kemudian, keterampilan membatik itu diwariskan kepada anak atau cucu perempuannya.
Seiring dengan pesanan keraton yang semakin banyak, sementara jumlah perajian batik yang ada di Pajimatan terbatas (tidak memadai), mereka mendatangkan tenaga-tenaga dari Giriloyo. Dan, bagi penduduk Giriloyo itu merupakan suatu keberuntungan karena mereka bisa ngangsu kaweruh tentang batik di Pajimatan sebelum mereka berusaha sendiri. Apalagi, pengerjaannya dilakukan di rumah masing-masing. Artinya, kain yang akan dibatik dibawa pulang ke Giriloyo, kemudian (setelah jadi) disetorkan ke Pajimatan. Inilah yang kemudian membuat nama Giriloyo lebih mencuat ketimbang Pajimatan.
Motif Ragam Hias Batik Tulis Giriloyo
Kekayaan alam Yogyakarta sangat mempengaruhi terciptanya ragam hias dengan pola-pola yang mengagumkan. Sekalipun ragam hiasnya tercipta dari alat yang sederhana dan proses kerja yang terbatas, namun hasilnya merupakan karya seni yang amat tinggi nilainya. Jadi, kain batik-tulis bukanlah hanya sekedar kain, melainkan telah menjadi suatu bentuk seni yang diangkat dari hasil cipta, rasa dan karsa pembuatnya. Motif-motif ragam hias biasanya dipengaruhi dan erat kaitannya dengan faktor-faktor: (1) letak geografis; (2) kepercayaan dan adat istiadat; (3) keadaan alam sekitarnya termasuk flora dan fauna; dan (4) adanya kontak atau hubungan antardaerah penghasil batik; dan (5) sifat dan tata penghidupan daerah yang bersangkutan.
Dalam Katalog Batik Khas Yogyakarta terbitan Proyek Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (1996), menyebutkan bahwa di Daerah Istimewa Yogyakarta paling tidak memiliki lebih dari 400 motif batik, baik motif klasik maupun modern. Beberapa nama ragam hias atau motif batik Yogyakarta antara lain: Parang, Banji, tumbuh-tumbuhan menjalar, tumbuh-tumbuhan air, bunga, satwa, Sido Asih, Keong Renteng, Sido Mukti, Sido Luhur, Semen Mentul, Sapit Urang, Harjuna Manah, Semen Kuncoro, Sekar Asem, Lung Kangkung, Sekar Keben, Sekar Polo, Grageh Waluh, Wahyu Tumurun, Naga Gini, Sekar Manggis, Truntum, Tambal, Grompol, Ratu Ratih, Semen Roma, Mdau Broto, Semen Gedhang, Jalu Mampang dan lain sebagainya.
Masing-masing motif tersebut memiliki nilai filosofis dan makna sendiri. Adapun makna filosofis dari batik-batik yang dibuat di Giriloyo antara lain: (1) Sido Asih mengandung makna si pemakai apabila hidup berumah tangga selalu penuh dengan kasih sayang; (2) Sido Mukti mengandung makna apabila dipakai pengantin, hidupnya akan selalu dalam kecukupan dan kebahagiaan; (3) Sido Mulyo mengandung makna si pemakai hidupnya akan selalu mulia; (4) Sido Luhur mengandung makna si pemakai akan menjadi orang berpangkat yang berbudi pekerti baik dan luhur; (5) Truntum3 mengandung makna cinta yang bersemi; (6) Grompol artinya kumpul atau bersatu, mengandung makna agar segala sesuatu yang baik bisa terkumpul seperti rejeki, kebahagiaan, keturunan, hidup kekeluargaan yang rukun; (7) Tambal mengandung makna menambah segala sesuatu yang kurang. Apabila kain dengan motif tambal ini digunakan untuk menyelimuti orang yang sakit akan sebuh atau sehat kembali sebab menurut anggapan pada orang sakit itu pasti ada sesuatu yang kurang; (8) Ratu Ratih dan Semen Roma melambangkan kesetiaan seorang isteri; (9) Mdau Bronto melambangkan asmara yang manis bagaikan madu; (10) Semen Gendhang mengandung makna harapan agar pengantin yang mengenakan kain tersebut lekas mendapat momongan.
Motif-motif tersebut dari dahulu hingga sekarang diwariskan secara turun-temurun, sehingga polanya tidak berubah, karena cara memola motif itu sendiri hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu, dan tidak setiap pembatik dapat membuat motif sendiri. Orang yang membatik tinggal melaksanakan pola yang telah ditentukan. Jadi, kerajinan batik tulis merupakan suatu pekerjaan yang sifatnya kolektif. Sebagai catatan, para pembatik di Giriloyo khususnya dan Yogyakarta umumnya, seluruhnya dilakukan oleh kaum perempuan baik tua maupun muda. Keahlian membatik tersebut pada umumnya diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi lainnya.

Batik Truntum, motif kupu-kupu
Sumber artikel:
Batik-Tulis Giriloyo (Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta)
Sumber foto:
Batik-Tulis Giriloyo (Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BATIK PAJIMATAN/IMOGIRI
Kegiatan tradisi membatik sudah ditekuni oleh masyarakat Imogiri, sejak masa Kejayaan Kerajaan Mataram seputar abad 17. Nyi Djogo Pertiwi adalah perempuan yang setia membina perkembangan batik tulis tradisional di Dusun Pajimatan, Desa Girirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta khususnya di seputar Makam Raja-Raja Mataram. Kreasi-kreasi kain batik yang telah dikembangkan oleh Nyi Djogo Pertiwi, kini menjadi karya-karya andalan yang diproduksi oleh perajin batik di Imogiri.

Nyi Djogo Pertiwi (pada usia 96 tahun), mengisi cantingnya dengan bahan ‘malam’ (wax).
Keahlian batik warga sekitar, secara tidak langsung adalah keahlian Nyi Djogo Pertiwi, karena dialah yang menciptakan pola-pola batik dan kemudian menularkan keahliannya ke masyarakat. Membatik memang sejarah hidup Nyi Djogo Pertiwi, karena sejak umur 13 tahun dia sudah bergumul dengan batik. Awalnya dia seringkali melihat-lihat orang membatik di sekitar rumahnya, yang waktu itu memang menjamur. Tetapi pada waktu itu buat seorang Djogo Pertiwi kecil tidak pernah ada yang namanya proses belajar, hanya melihat. Bahkan keterampilan membatik yang dia miliki diperoleh secara supranatural, bukan karena belajar.
“Saya ini sejak kecil suka ikut ayah tirakat ke tempat-tempat ziarah. Dalam perjalanan siang dan malam saya selalu melihat daun-daun, rindang pohon berbagai warna dan macam. Saya suka dengan keindahan daun-daun itu”, kata ibu enam anak dengan nama kecil Salawatun ini. Keindahan alam itu nampaknya merasuk sekali dalam diri Nyi Djogo Pertiwi. Sampai pada suatu hari ketika dia pulang dari mengikuti ziarah ayahnya, tiba-tiba dia mencari bahan-bahan dan alat membatik. Tanpa banyak bicara Nyi Djogo Pertiwi muda waktu itu, langsung menari-menarikan canting, alat paling vital untuk melukis batik (berperan sebagai pena), di atas kain putih yang dibelinya. Gambar yang muncul adalah berbagai rangkaian daun-daunan yang indah. “Ibu saya sempat heran, melihat keajaiban yang saya lakukan”, tegasnya.
Namun untuk memperdalam keahlian yang datang mendadak itu, Nyi Djogo Pertiwi menjadi buruh membatik di Tjokro Soeharto Yogyakarta, yang waktu itu juga dikenal sebagai juragan batik terbesar di Yogyakarta. Di tempat belajar membatik Tjokro Soeharto itu Nyi Djogo Pertiwi makin tertempa pengalaman. Bahkan dia dipercaya untuk membuat kreasi-kreasi baru. “Setelah lama di Tjokro Soeharto, saya membatik sendiri di rumah. Dapat satu saya jual ke pasar. Lalu hasilnya untuk modal membuat dua kain batik. Laku dua bisa jadi empat kain batik, begitu seterusnya. Lama kelamaan saya bisa membawa 10 kain atau lebih saya setorkan ke toko-toko di Yogyakarta. Syukur usaha saya semakin berkembang sampai sekarang”, tegasnya.
Banyak karya batik yang di disain oleh Nyi Djogo Pertiwi. Karya-karya yang terkenal diantaranya adalah apa yang disebut dengan batik adiluhung, segaran, semen garuda, Irian dan masih banyak lagi disain yang ia ciptakan. Peristiwa menarik, ketika dia sedang membatik di depan rumahnya. Tiba-tiba datang beberapa orang warga Belanda yang langsung bertanya, “Kamu sedang membatik apa?” Pertanyaan itu dengan cepat dijawab oleh Nyi Djogo Pertiwi, batik ini namanya Irian. Peristiwa sekitar tahun 60an itu ternyata menjadi sejarah unik bagi kehidupan Nyi Jogo Pertiwi. “Saya tidak tahu kenapa saya menyebut Irian, yang jelas saya takut betul sama Belanda itu. Yang saya heran karya disain saya itu sampai sekarang dikenal dengan nama batik Irian”, katanya, sambil tertawa. Meskipun yang diucapkan oleh Nyi Djogo Pertiwi hanya spontan, tetapi dari karya batiknya itu terlihat adanya gambaran tentang kondisi Irian. Karya batik yang akhirnya menjadi bahan sarung itu, memang bergambar daun-daun lebar, yang menggambarkan kerindangan hutan di Irian Jaya yang konon disebut sebagai Papua itu.
Nama Djogo Pertiwi adalah nama suaminya, pemberian dari Keraton Yogyakarta sekitar tahun 60-70an. Sebelumnya ia dikenal dengan nama paringan dalem Djogo Mustopo. Nama itu diberikan karena sepanjang hidupnya suaminya mengabdikan diri untuk menjadi juru kunci di makam raja-raja tersebut. “Saya menyimpan ribuan kain batik di rumah ini, dan ternyata banyak orang yang datang baik warga asing maupun turis Indonesia”, kata Nyi Djogo Pertiwi yang mendapatkan piala Upakarti dari Presiden tahun 1994, karena usahanya mengembangkan batik tulis di tingkat pedesaan. Sepeninggal Nyi Djogo Pertiwi tahun 2003, kejayaan batik Pajimatan yang telah surut sejak tahun 1980-an, semakin sepi.

Desain batik tulis karya Nyi Djogo Pertiwi.
Sumber:
Kesetiaan Seorang Pembatik Tradisi
Mengenang Kejayaan Mataram di Pajimatan
Sumber foto:
Sarongs-from Gajah Duduk to Oey Soe Tjoen
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
PELOPOR BATIK INDONESIA: KRT HARDJONAGORO (GO TIK SWAN)/ 11 MEI 1931-5 NOVEMBER 2008
Go Tik Swan (umumnya dikenal dengan nama KRT Hardjonagoro; lahir pada 11 Mei 1931) adalah seorang budayawan dan sastrawan Indonesia yang menetap di Surakarta. Ia dilahirkan sebagai putra sulung keluarga Tionghoa di kota Solo (Surakarta). Karena kedua orangtuanya sibuk dengan usaha mereka, Tik Swan diasuh oleh kakeknya dari pihak ibu, Tjan Khay Sing, seorang pengusaha batik di Solo. Ia mempunyai empat tempat pembatikan: dua di Kratonan, satu di Ngapenan, dan satu lagi di Kestalan, dengan karyawan sekitar 1.000 orang.
KRT Hardjonagoro (Go Tik Swan) 1
Sejak kecil Tik Swan biasa bermain di antara para tukang cap, dengan anak-anak yang membersihkan malam dari kain, dan mencucinya, mereka yang membubuhkan warna coklat dari kulit pohon soga, dan orang-orang yang menulisi kain dengan canting.
Ia juga senang mendengarkan mereka menembang dan mendongeng tentang Dewi Sri dan berbagai cerita tradisional Jawa. Dari mereka ia belajar mengenal mocopat, pedalangan, gending, Hanacaraka, dan tarian Jawa.
Tik Swan dikirim bersekolah di Neutrale Europesche Lagere School bersama warga kraton, anak-anak ningrat, anak-anak pemuka masyarakat, dan anak-anak pembesar Belanda. Ini disebabkan karena kedua orangtuanya adalah keturunan pemuka masyarakat Tionghoa pada saat itu. Ayahnya adalah cucu dari Lieutenant der Chinezen di Boyolali sedangkan ibunya cucu Lieutenant der Chinezen dari Surakarta.
Tidak jauh dari rumah kakeknya, tinggallah Pangeran Hamidjojo, putra Paku Buwana X, seorang indolog lulusan Universitas Leiden dan juga penari Jawa klasik. Di rumah sang pangeran selalu diadakan latihan tari yang sejak awal sudah mempesona Tik Swan. Sementara itu Pangeran Prabuwinoto membangkitkan minat Go Tik Swan pada karawitan Jawa.
Menarik perhatian Soekarno
Ketika belajar di Jakarta, Tik Swan sering berkunjung ke rumah Prof. Poerbatjaraka dan berlatih menari Jawa di sana. Dalam perayaan Dies Natalis Universitas Indonesia ia bersama rombongannya diundang menari di istana. Tariannya sempat membuat Presiden Soekarno sangat terkesan karena Tik Swan memang menari dengan sangat bagus, sementara boleh dikatakan tidak ada keturunan Tionghoa yang tertarik untuk menari Jawa. Tik Swan pun saat itu sudah menggunakan nama Hardjono.

Pelopor Batik Indonesia
Ketika mengetahui bahwa keluarga Go Tik Swan Hardjono sudah turun-temurun mengusahakan batik, Soekarno menyarankan agar ia menciptakan “Batik Indonesia”. Ia tergugah, lalu pulang ke Solo untuk mendalami segala sesuatu tentang batik, termasuk sejarah dan falsafahnya.
Hubungannya yang akrab dengan keluarga kraton Solo memungkinkan Tik Swan Hardjono belajar langsung dari ibunda Susuhunan Paku Buwana XII yang memiliki pola-pola batik pusaka. Pola-pola batik langka yang tadinya tidak dikenal umum maupun pola-pola tradisional lain digalinya dan dikembangkannya tanpa menghilangkan ciri dan maknanya yang hakiki.
Pola yang sudah dikembangkan itu diberinya warna-warna baru yang cerah, bukan hanya coklat, biru dan putih kekuningan seperti yang lazim dijumpai pada batik Solo-Yogya. Lahirlah yang disebut “Batik Indonesia”.
Saat itu warna-warna cerah cuma dipakai pada batik Pekalongan, namun motif batik Pekalongan kebanyakan buketan (karangan bunga aneka warna) yang berbeda sekali dari motif batik Vorstenlanden (Solo dan Yogya) yang biasanya sarat makna.
Terobosan baru yang dilatar belakangi pemahaman yang mendalam tentang falsafah batik, selera yang baik dalam merancang pola, komposisi dan warna serta kehalusan pengerjaannya, menyebabkan batik Go Tik Swan menjadi rebutan kaum wanita golongan atas. Apalagi pemasarannya dilakukan oleh Ibu Soed, penggubah lagu anak-anak yang dekat dengan Bung Karno dan luas pergaulannya. Ibu Soed juga bisa memberi saran-saran yang berharga karena seleranya baik dalam memadukan warna dsb.
Ibu Soed merupakan salah seorang wanita yang paling dikaguminya, di samping ibunya sendiri dan ibunda Susuhunan Paku Buwana XII.
Go Tik Swan pun mengajari Ibu Soed membuat batik. Nyonya Bintang Soedibjo itu kemudian kita kenal pula sebagai pembuat batik yang handal. Saat ini batik-batik Harjonagoro banyak yang menjadi koleksi museum-museum di Eropa, Amerika, Australia maupun koleksi pribadi orang-orang yang menghargai batik bermutu tinggi. Di masa Ir. Soekarno masih menjadi presiden, kalau ada tamu negara datang, maka Go Tik Swan sebagai anggota Panitia Negara Urusan Penerima Kepala Negara Asing bertanggung-jawab menyelenggarakan pameran batik di Istana Negara.
Dari petani kembali ke petani
Harjonagoro, penghasil batik tulis adiluhung itu tidak anti adanya pabrik-pabrik yang menghasilkan batik secara massal. “Karena pabrik-pabrik itu memberi nafkah kepada banyak orang kecil dan memperkenalkan pola dan motif yang tadinya eksklusif kepada masyarakat banyak. Orang Indonesia maupun asing jadi berkesempatan menghargai tradisi kita,” dalihnya.
Yang disedihkannya ialah kalau pesona magis dan historis dari batik dikalahkan oleh alasan-alasan komersial.
Saat ini, di halaman belakang rumahnya, ada sebuah bangsal yang luas, beratap tinggi dan bersih. Dindingnya dari jalinan gedek yang artistik, rancangan Harjonagoro sendiri. Di dalamnya ada kira-kira sepuluh wanita lanjut usia sedang membatik dengan antengnya. Dari celah-celah gedek angin leluasa masuk, sehingga udara Solo yang panas terasa lebih sejuk di sana.
“Falsafah batik sebenarnya berakar pada petani, yang dibawa masuk ke keraton, lalu diperbaiki dan diperhalus. Baru kemudian timbul falsafah batik yang tidak berpijak pada pertanian.”
“Karena berasal dari petani, mestinya harus mengalir kembali ke asalnya, yaitu masyarakat pertanian. Masyarakat itu, yang kini sudah bergeser menjadi masyarakat industri agraris dan sepanjang masa sengsara, mestinya diberi kesempatan mendapat bagian dari batik.” Begitu keyakinan Harjonagoro yang pernah hidup di antara rakyat jelata (antara lain para pengrajin batik di rumah kakeknya) maupun lingkungan keraton.
Menjadi Empu Keris
Sejak menunjukkan kebolehan dan kepeduliannya pada kebudayaan, ia sering mendapat tugas muhibah dan diundang ke luar negeri untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia. Sementara itu di dalam negeri ia antara lain diangkat menjadi Ketua Pelaksana Art Gallery Suaka Budaya di Karaton Kasunanan Surakarta.
Karena sibuk dengan batik dan kegiatan kebudayaan, akhirnya ia meninggalkan Fakultas Sastra UI setelah menjadi sarjana muda, untuk “mudik” ke Solo.
Hardjono Go Tik Swan bertambah tenggelam dalam kebudayaan Jawa. Ia berusaha keras menyelami dan berhasil menguak tabir pengetahuan tentang keris (ilmu Tosan Aji) yang selama itu sangat dirahasiakan.
Selain melakukan pelbagai penelitian di bidang kebudayaan, berpameran, dan menjadi pembicara tentang batik di mancanegara, ia juga mendirikan tempat pembuatan keris di Yogyakarta dengan bantuan The Ford Foundation dari AS serta membidani kelahiran hampir semua tempat pembuatan keris di Jawa dan Bali.
Yang menjadi kebanggaannya ialah tempat pembuatan keris di Sekolah Tinggi Seni Indonesia di Surakarta di mana ia menjadi anggota Dewan Empu.
Koleksinya disumbangkan ke negara
Selain itu ia juga senang mengumpulkan benda-benda kuno yang tercecer di sana-sini. Ada jembatan batu di selokan kecil yang ketika diperiksa ternyata beraksara Jawa. Ada potongan batu di selokan yang ketika dibalikkan ternyata patung Durga. Ada lagi potongan-potongan batu yang ketika disambung-sambungnya menjadi arca Buddha. Benda-benda itu dibelinya dan dirawatnya baik-baik.
Hasil jerih-payahnya selama berpuluh tahun itu dipajang sebagian di sebuah pendapa di samping rumahnya. Pendapa itu sendiri adalah sebuah bangunan bersejarah, yaitu tempat Paku Buwana I dinobatkan di awal abad XVIII. Bangunan itu dipindahkan dari tempat asalnya dan tampak dalam keadaan terawat sangat baik. Peninggalan sejarah yang berpuluh tahun dikumpulkannya dan dirawatnya dengan kasih sayang itu, pada tahun l985 dihibahkannya ke negara. Ia mengimbau para hartawan untuk menyelamatkan benda-benda bersejarah dengan membelinya lalu dikembalikan ke negara yang sering kekurangan dana.
Ia merasa risau karena banyak orang yang mestinya berwewenang melestarikan peninggalan budaya ternyata kurang peduli, sehingga peninggalan itu terancam punah. Sebaliknya, ia memuji orang-orang seperti Joop Ave (mantan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi) yang katanya paham dan peduli.
Setelah Soekarno meninggal, Go Tik Swan sempat kehilangan gairah merancang batik. Ia bahkan merasa tersisih, tidak dihargai dan jerih payahnya sia-sia.
Kalau pujangga R.Ng.Ranggawarsita menyatakan protesnya terhadap situasi dengan “Serat Kala Tida” dan komponis Gesang dengan lagu Caping Gunung (yang mengingatkan para pejuang bahwa mereka diberi tempat berteduh dan nasi jagung oleh para petani di desa tapi setelah merdeka melupakan desa), maka protes Hardjono Gotikswan berupa batik kembang bangah.
“Kembang bangah adalah bunga yang tumbuh di comberan. Karena mekar di tempat kotor dan berbau busuk, ia dijauhi orang,” cerita Harjonagoro.
Ternyata kreasinya itu mendapat banyak penghargaan sehingga harapannya tumbuh kembali. “Pola kembang bangah ini kebanggaan saya,” katanya.
Namun Susuhunan Paku Buwana XII menganggap Hardjono Gotikswan berjasa besar terhadap kebudayaan Jawa dan Keraton Surakarta. Bukankah ia tekun menggali, melestarikan, berbagi dan peduli pada peninggalan sejarah dan kebudayaan Jawa? Bukankah ia juga Ketua Presidium Museum Radya Pustaka dan menduduki jabatan penting di pengurusan banyak organisasi kebudayaan?
Jadi Sunan menganugerahinya gelar bupati karaton kasunanan dan bahkan Bupati Sepuh, selain bintang jasa Sri Kabadya III. Sejak itu Hardjono Gotikswan yang Jawa lahir batin itu dikenal sebagai Kanjeng Raden Tumenggung Harjonagoro.
Tentang nama Harjonagoro itu ada latar belakangnya. Kakek Buyut Hardjono Go Tik Swan, Tjan Sie Ing, yang Luitenant der Chinezen van Soerakarta itu merupakan orang pertama yang mendapat pacht (hak sewa) atas pasar yang paling besar di Surakarta, yaitu Pasar Harjonagoro.
Nama KRT Harjonagoro bisa dijumpai di banyak sekali buku dan artikel tentang batik, di dalam maupun di luar negeri. Semua itu dikumpulkannya dengan saksama. Namun sayang kali ia belum mengikuti jejak teman sekolahnya, Julius Tahija (mantan Caltex dan mantan pemilik Bank Niaga) yang sudah menuliskan riwayat hidupnya yang menarik. (HI)
Sumber artikel: tionghoa-net
Sumber foto: Wijaya Blog, Batik Central

Batik dengan motif burung sawunggaling (ayam jantan, berasal dari mitos Jawa) karya Go Tik Swan, 1964, koleksi Iwan Tirta.